Metode Partisipatif
Rural Appraisal Dan Rapid
Rural Appraisal Sebagai Pendekatan Proses Pemberdayaan Masyarakat
Kegiatan belajar@ 100 menit
Pendekatan pemberdayaan masyarakat yang
diwujudkan dalam pembangunan secara partisipatif kiranya sangat sesuai dan
dapat dipakai untuk mengantisipasi timbulnya perubahan-perubahan dalam
masyarakat beserta lingkungan strategisnya. Sebagai konsep dasar pembangunan
partisipatif adalah melakukan upaya pembangunan atas dasar pemenuhan kebutuhan
masyarakat itu sendiri sehingga masyarakat mampu untuk berkembang dan mengatasi
permasalahannya sendiri secara mandiri, berkesinabungan dan berkelanjutan.
Tidak ada penelitian sosial yang akan
dapat mendatangkan perbaikan terhadap kondisi sosial yang ada selama para
peneliti menempatkan diri mereka sebagai pakar yang berdiri di luar kenyataan
sosial yang diteliti, dan memperlakukan warga masyarakat yang sedang diteliti
sebagai obyek yang hanya menjalani kenyataan sosial yang ada secara pasif. Para peneliti harus menempatkan diri mereka
sebagai bagian dari masyarakat yang sedang diteliti dan memandang warga
masyarakat yang sedang diteliti sebagai subyek yang mempunyai hak moral untuk
mengatur kehidupan mereka, serta mempunyai keinginan dan kemampuan untuk
berbuat demikian.
Moral para peneliti wajib untuk memahami
aspirasi masyarakat yang diteliti, dan mendampingi secara mental dan
intelektual warga masyarakat yang diteliti dalam usaha mereka untuk
mendatangkan perbaikan yang mereka dambakan. Dengan demikian, dalam penelitian
semacam ini masalah penelitian tidak dapat dipisahkan dari masalah evaluasi.
Keputusan untuk meneliti suatu masyarakat dengan tujuan untuk
mendatangkan perbaikan ke dalam masyarakat itu, melalui antara lain
pemberdayaan masyarakat, sudah merupakan suatu hasil evaluasi. Untuk
melaksanakan evaluasi apakah proyek yang telah dilaksanakan selama jangka waktu tertentu telah sungguh mendatangkan perbaikan yang sesuai
dengan harapan warga masyarakat, perlu dilakukan suatu penelitian. Dua metode penelitian evaluatif yang bersifat
bottom-up adalah rapid rural appraisal (RRA), dan participatory
rural appraisal (PRA).
A.
Deskripsi Singkat Mata Kuliah
Mata kuliah ini
memberikan kemampuan kepada mahasiswa untuk memahami tentang strategi dan teknik pemberdayaan masyarakat
B.
Kegunaan/Manfaat Mata Kuliah
Dengan adanya mata kuliah Strategi dan Teknik Pemberdayaan Masyarakat
diharapkan mahasiswa menjadi lebih kompeten dan lebih profesional dalam :
memahami pengertian RRA & PRA, perbedaan RRA dan PRA, Keunggulan dan
kelemahan RRA & PRA
C. Standar
Kompetensi Mata Kuliah
Standar kompetensi mata kuliah Strategi
dan Teknik Pemberdayaan Masyarakat
adalah mahasiswa mampu memahami tentang pemberdayaan masyarakat
meliputi : pengertian RRA &
PRA, Perbedaan RRA dan PRA, Keunggulan dan kelemahan RRA & PRA
A.
Susunan Urutan Bahan
Ajar
-
Implikasi
penididiikan non formal dalam merintis masyarakat gemar belajar di pedesaan
B. Petunjuk Bagi Mahasiswa
Mahasiwa
dapat mempelajari bahan ajar (modul) ini dan membaca referensi yang direkomendasikan sebagai buku acuan yang sudah
ada.
A.
Kompetensi Dasar dan Indikator
No
|
Kompetensi
Dasar
|
Indikator
|
1.
|
Memahami
metode PRA dan RRA sebagai pendekatan proses pemberdayaan masyarakat
|
-
Mampu menjeleskan
tentenag pengertian RRA dan PRA
-
Mampu menjelaskan
perbedaan RRA dan PRA
-
Mampu menjelaskan
keunggulan dan kelemahan RRA dan PRA
|
B.
Diskripsi Singkat
Mata kuliah ini
memberikan kemampuan kepada mahasiswa untuk memahami tentang startegi dan
teknik pemberdayaan masyarakat meliputi : pngertian RRA dan
PRA , perbedaan RRA dan PRA , keunggulan dan kelemahan RRA dan PRA.
C. Materi
A. Pengertian RRA dan PRA
1. RRA (Rapid Rural Appraisal)
RRA (Rapid Rural Appraisal) merupakan metode penilaian
keadaan desa secara cepat, yang dalam praktek, kegiatan RRA lebih banyak
dilakukan oleh “orang luar” dengan tanpa atau sedikit melibatkan masyarakat
setempat. Meskipun sering dikatakan sebagai teknik penelitian yang “cepat
dan kasar/kotor” tetapi RRA dinilai masih lebih baik dibanding
teknik-teknik kuantitatif klasik.
Metode RRA digunakan untuk pengumpulan informasi secara
akurat dalam waktu yang terbatas ketika keputusan tentang pembangunan perdesaan
harus diambil segera. Dewasa ini banyak program pembangunan yang dilaksanakan
sebelum adanya kegiatan pengumpulan semua informasi di daerah sasaran.
Konsekuensinya, banyak program pembangunan yang gagal atau tidak dapat diterima
oleh kelompok sasaran meskipun program-program tersebut sudah direncanakan dan
dipersiapkan secara matang, karena masyarakat tidak diikutsertakan dalam
penyusunan prioritas dan pemecahan masalahnya.
Pada dasarnya, metode RRA merupakan proses belajar yang
intensif untuk memahami kondisi perdesaan, dilakukan berulang-ulang, dan cepat.
Untuk itu diperlukan cara kerja yang khas, seperti tim kerja kecil yang
bersifat multidisiplin, menggunakan sejumlah metode, cara, dan pemilihan teknik
yang khusus, untuk meningkatkan pengertian atau pemahaman terhadap kondisi
perdesaan. Cara kerja tersebut tersebut dipusatkan pada pemahaman pada tingkat
komunitas lokal yang digabungkan dengan pengetahuan ilmiah.
Komunikasi dan kerjasama diantara masyarakat desa dan aparat
perencana dan pelaksana pembangunan (development agent) adalah sangat
penting, dalam kerangka untuk memahami masalah-masalah di perdesaan. Di samping
itu, metoda RRA juga berguna dalam memonitor kecenderungan perubahan-perubahan
di perdesaan untuk mengurangi ketidakpastian yang terjadi di lapangan dan mengusulkan
penyelesaian masalah yang memungkinkan.
Menurut Beebe James (1995), metode RRA menyajikan pengamatan
yang dipercepat yang dilakukan oleh dua atau lebih pengamat atau peneliti,
biasanya dengan latar belakang akademis yang berbeda. Metode ini bertujuan
untuk menghasilkan pengamatan kualitatif bagi keperluan pembuat keputusan untuk
menentukan perlu tidaknya penelitian tambahan dalam merencanakan dan
melaksanakan kegiatan.
Metode RRA memiliki tiga konsep dasar yaitu; (a) perspektif
sistem, (b) triangulasi dari pengumpulan data, dan (c) pengumpulan data dan
analisis secara berulang-ulang (iterative).
Sebagai suatu
teknik penilaian, RRA menggabungkan beberapa teknik yang terdiri dari:
a. Review/telaahan data
sekunder, termasuk peta wilayah dan pengamatan lapang secara ringkas.
b. Oservasi/pengamatan lapang
secara langsung.
c. Wawancara dengan informan
kunci dan lokakarya.
d. Pemetaan dan pembuatan
diagram/grafik.
e. Studi kasus, sejarah lokal,
dan biografi.
f. Kecenderungan-kecenderungan.
g. Pembuatan kuesioner sederhana
yang singkat.
h. Pembuatan laporan lapang
secara cepat.
Prinsip-prinsip
yang harus diperhatikan dalam RRA, yaitu:
a. Efektivitas dan efisiensi, kaitannya dengan biaya, waktu, dengan perolehan
informasi yang dapat dipercaya yang dapat digunakan dibanding
sekadar jumah dan ketepatan serta relevansi informasi yang dibutuhkan.
b. Hindari bias, melalui: introspeksi, dengarkan, tanyakan
secara berulang-ulang, tanyakan kepada kelompok termiskin.
c. Triangulasi sumber informasi dan libatkan Tim
Multi-disiplin untuk bertanya dalam beragam perspektif.
d. Belajar dari dan bersama
masyarakat.
e. Belajar cepat melalui
eksplorasi, cross-check dan jangan terpaku pada bekuan yang telah
disiapkan
2. PRA (Participatory Rural Appraisal)
PRA merupakan penyempurnaan dari RRA. PRA dilakukan dengan
lebih banyak melibatkan “orang dalam” yang terdiri dari semua stakeholders dengan difasilitasi oleh
orang-luar yang lebih berfungsi sebagai narasumber atau fasilitator dibanding
sebagai instruktur atau guru yang menggurui.
PRA adalah suatu metode pendekatan untuk
mempelajari kondisi dan kehidupan pedesaan dari, dengan, dan oleh masyarakat
desa. Atau dengan kata lain dapat disebut sebagai kelompok metode pendekatan
yang memungkinkan masyarakat desa untuk saling berbagi, meningkatkan, dan
menganalisis pengetahuan mereka tentang kondisi dan kehidupan desa, membuat
rencana dan bertindak (Chambers, 1996) Konsepsi dasar pandangan PRA adalah pendekatan yang
tekanannya pada keterlibatan masyarakat dalam keseluruhan
kegiatan. Metode PRA bertujuan menjadikan warga masyarakat sebagai peneliti,
perencana, dan pelaksana program pembangunan dan bukan sekedar obyek pembangunan.
1) Melalui PRA dilakukan kegiatan-kegiatan:
a. Pemetaan-wilayah dan kegiatan
yang terkait dengan topik penilaian keadaan.
b. Analisis keadaan yang berupa: Kedaan masa lalu, sekarang, dan kecenderungannya
di masa depan.
2) Identifikasi tentang perubahan-perubahan yang
terjadi dan alasan-alasan atau penyebabnya.
3) Identifikasi (akar) masalah dan
alternatif-alternatif pemecahan masalah.
4) Kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman atau
analisis strength, weakness,
opportunity, and treat (SWOT)
terhadap semua alternatif pemecahan masalah.
5) Pemilihan alternatif pemecahan masalah yang paling
layak atau dapat diandalkan (dapat dilaksanakan, efisien, dan diterima oleh
sistem sosialnya).
Alat-alat yang digunakan dalam metoda PRA serupa
dengan yang digunakan dalam metode RRA, tetapi berbeda dalam tingkat
partisipasi dari masyarakat desa dalam praktik di lapangan. Tidak seperti dalam
RRA, masyarakat desa yang dilibatkan dalam PRA memainkan peran yang lebih besar
dalam pengumpulan informasi, analisis data dan pengembangan intervensi seperti
pada program-program pengembangan masyarakat yang didasarkan
pada pengertian terhadap program secara keseluruhan. Proses ini akan memberdayakan
masyarakat dan memberi kesempatan kepada mereka untuk melaksanakan kegiatan dalam
memecahkan masalah mereka sendiri yang lebih baik dibanding
dengan melalui intervensi dari luar.
Kedua metode tersebut saling berhubungan etar dan
masing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangannya dan bisa saling
melengkapi. Namun dalam perkembangannya, metode PRA banyak
digunakan dalam proses pelaksanaan program pembangunan secara partisipatif,
baik pada tahap perencanaan, pelaksanaan, maupun pengawasannya.
Secara umum terdapat beberapa perbedaan antara RRA
dan PRA (Chambers, 1996), yaitu :
C. Keunggulan dan kelemahan dari
RRA dan PRA
1. Keunggulan dalam metode RRA adalah sebagai
berikut :
a. Waktu cepat, biaya murah dan
hasil tidak bias.
b. Dapat melayani policy makers
yang ingin memutuskan suatu hal dengan segera dan mereka memerlukan informasi
terakhir sebelum keputusan tersebut diambil.
c. Mampu memonitor dan mengevaluasi proyek atau
program pembangunan.
d. Mampu melakukan identifikasi dan mendiagnosa
masalah atau isu baik dibidang penelitian maupun perencanaan.
e. Dapat membantu dalam pemecahan cara penyebaran
tekhnologi (terutama karena kendala sosial dan ekonomi) dan bagaimana
mengakomodasi keinginan masyarakat sebagai pengguna tekhnologi.
f. Mampu memahami suatu permasalahan atau isu dengan
perspektif lintas disiplin.
g. Data membantu dalam menginterprestasikan data
kuantitatif yang telah dikumpulkan sebelumnya. Jumlah data yang banyak dan
sulit dihubungkan satu dengan lainnya, dapat dipecahkan dengan metode RRA.
2. Kelemahan dalam metode RRA
adalah sebagai berikut :
a. Metode sampling diabaikan.
b. Reliabilitas dan validitas informasi dikumpulkan
secara cepat. Yang lebih menonjol adalah expert
judgement peneliti.
c. Tidak mampu mengungkapkan data kuantitatif.
d. Banyak pengambil kebijakan lebih tertarik dengan
data konkret, misalnya suatu tekhnologi telah diadopsi masyarakat sebesar 70%,
daripada informasi tentang adopsi tekhnologi meningkat.
3. Keunggulan PRA adalah sebagai
berikut :
a. Melibatkan seluruh kelompok masyarakat.
b. Keikutsertaan masyarakat miskin.
c. Rasa tanggung jawab masyarakat akan
keberlangsungan program lebih besar.
d. Melibatkan gender pada program.
e. Cocok diterapkan dimana saja.
4. Kelemahan PRA adalah sebagai
berikut:
a. Tidak semua fasilitator program memiliki
kemampuan yang baik dalam memfasilitasi masyarakat.
b. Pendekatan PRA identik dengan rapat-rapat,
pertemuan-pertemuan, dan musyawarah-musyawarah yang sifatnya umum.
c. Sebagian fasilitator belum terampil dalam
memfasilitasi pengolahan dan analisis informasi.
SOAL
1. RRA dan PRA merupakan pendekatan yang
sering digunakan dalam proses pemberdayaan masyarakat. Jelaskan apa perbedaan
pendekatan RRA dengan PRA tersebut !
DAFTAR PUSTAKA
Adya Nitsya (2013). Makalah Pemberdayaan Masyrakat http://nistyadya.blogspot.co.id/2013/05/makalah-pemberdayaan-masyarakat.html
This post have 0 komentar