MODUL.2
KONSEP DASAR KEWIRAUSAHAAN
A. Pokok Bahasan
Konsep
Dasar Kewirausahaan
B. Sub Pokok Bahasan
1.
Pengertian Kewirausahaan
2.
Faktor-faktor Motivasi Berwirausaha
3.
Kasus Pengertian Kewirausahaan
4.
Ciri-ciri dan Watak Kewirausahaan
5.
Proses Kewirausahaan
C. Tujuan
1.
Mahsiswa diharapkan dapat menjelaskan
dan menerangkan tentang pengertian Kewirausahaan
2.
Mahasiswa diharapkan dapat menjelaskan
ciri-ciri Kewirausahaan
3.
Mahasiswa diharapkan dapat
mengidentifikasi watak Kewirausahaan
4.
Mahasiswa diharapkan dapat menjelaskan
proses kewirausahaan
5.
Mahasiswa diharapkan dapat
mengidentifikasi kasus kewirausahaan
D. Metode
1.
Penugasan Baca
2.
Ceramah dan Tanya jawab
3.
Diskusi kelompok dan pleno
4.
Penguatan materi oleh dosen
E. Media dan Bahan
1.
Makalah tentang modul dan materi
2.
Buku-buku/referensi yang terkait dengan
modul ini
3.
Laptop, Infokus LCD
4.
White board dan marker
5.
Kertas tulis dan balpoin
F. Waktu Pembahasan : 100 menit
1.
Tugas baca :
20 menit
2.
Ceramah dan Tanya jawab :
30menit
3.
Diskusi kelompok : 20
menit
4.
Diskusi pleno :
20 menit
5.
Evaluasi :
10 menit
G. Proses Pembahasan
1.
Dosen menjelaskan tentang penggunaan
modul dan proses belajar mengajar
2.
Dosen menjelaskan tentang:
a.
Modul dan tujuan modul
b.
Judul pokok bahasan
c.
Judul sub pokok bahasan
d.
Metode dan media pembahasan
e.
Waktu dan alokasi waktu
f.
Proses belajar mengajar
3.
Dosen memberikan tugas kepada mahasiswa
untuk membaca makalah tentang pengertian kewirausahaan, ciri-ciri dan watak
kewirausahaan, proses kewirausahaan, faktor-faktor motivasi berwirausaha, dan
kasus kewirausahaan.
4.
Dosen menjawab pertanyaan-pertanyaan
penjelasan dari mahasiswa, dan memberikan ceramah dan penekanan-penekanan pada
pokok-pokok bahasan.
5.
Dosen memberikan pengantar tentang
diskusi kelompok
6.
Diskusi kelompok
Mahasiswa
dibagi dalam 5 kelompok, masing-masing membahas satu sub pokok bahasan yang
berbeda, secara diundi. Kelompok ditugasi untuk memilih ketua dan sekretaris,
membahas sub pokok bahasan masing-masing, membuat catatan hasil diskusi sebagai
bahan laporan dalam diskusi pleno.
7.
Diskusi pleno
· Dosen
menugaskan juru bicara masing-masing kelompok untuk menyajikan hasil diskusi
kelompoknya.
· Para
peserta diskusi menyampaikan komentarnya.
· Dosen
memberikan komentarnya dan merangkum hasil diskusi.
H.
Materi
Pembahasan
1.
Pengertian
Kewirausahaan
Kewirausahaan berasal
dari kata wira dan usaha. Wira, berarti pejuang, pahlawan, manusia unggul,
teladan, berbudi luhur, gagah berani dan berwatak agung. Usaha, berarti
perbuatan amal, bekerja, berbuat sesuatu. Jadi wirausaha adalah pejuang atau
pahlawan yang berbuat sesuatu. Ini baru dari segi etimologi (asal usul kata).
Menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia, wirausaha adalah orang yang pandai atau berbakat mengenali
produk baru, menentukan cara produksi baru, menyusun operasi untuk mengadakan
produk baru, mengatur permodalan operasinya serta memasarkannya.
Dalam lampiran
Keputusan Menteri Koperasi dan Pembinaan Pengusahan Kecil Nomor
961/KEP/M/XI/1995, dicantumkan bahwa: (a)Wirausaha adalah orang yang mempunyai
semangat, sikap, perilaku dan kemampuan kew irausahaan; (b) Kewirausahaan
adalah semangat, sikap, perilaku dan kemampuan seseorang dalam menangani usaha
atau kegiatan yang mengarah pada upaya mencari, menciptakan serta menerapkan
cara kerja, teknologi dan produk baru dengan meningkatkan efisiensi dalam
rangka memberikan pelayanan yang lebih baik dan atau memperoleh keuntungan yang
lebih besar
Jadi wirausaha itu
mengarah kepada orang yang melakukan usaha/kegiatansendiri dengan segala
kemampuan yang dimilikinya. Sedangkankewirausahaan menunjuk kepada sikap mental
yang dimiliki seorangwirausaha dalam melaksanakanusaha/kegiatan.
Kewirausahaan yang
sering dikenal dengan sebutan entrepreneurship berasal dari Bahasa Perancis
yang diterjemahkan secara harfiah adalah perantara, diartikan sebagai sikap dan
perilaku mandiri yang mampu memadukan unsur cipta, rasa dan karsa serta karya
atau mampu menggabungkan unsur kreativitas, tantangan, kerja keras dan kepuasan
untuk mencapai prestasi maksimal.
Stoner, James:
kewirausahaan adalah kemampuan mengambil faktor-faktor produksi-lahan kerja,
tenaga kerja dan modal-menggunakannya untuk memproduksi barang atau jasa baru.
Wirausahawan menyadari peluang yang tidak dilihat atau tidak dipedulikan oleh
eksekutif bisnis lain.
Kewirausahaan berbeda
dengan manajemen. Paul H. Wilken menjelaskan bahwa kewirausahaan mencakup upaya
mengawali perubahan dalam produksi, sedangkan manajemen mencakup koordinasi
proses produksi yang sudah berjalan.
Faktor-faktor psikologi
pada pertengahan 1980-an Thomas Begley dan David P. Boyd mempelajari literatur
psikologi mengenai kewirausahaan. Mereka menemukan 5 dimensi :
1.
Kebutuhan untuk berprestasi.
Wirausahawan mempunyai kebutuhan untuk berprestasi yang tinggi: Need for
achievement sangat tinggi.
2.
Letak kendali : individu mengendalikan
hidup mereka sendiri- bukan keberuntungan atau nasib
3.
Toleransi terhadap resiko : wirausahawan
yang bersedia mengambil resiko memperoleh hasil yang lebih besar daripada orang
yang tidak mau ambil resiko
4.
Toleransi terhadap keragu-raguan
5.
Tingkah laku tipe A : ambisius, energik.
Kewirausahaan
memiliki 4 manfaat sosial
1.
Memperkuat pertumbuhan ekonomi :
menyediakan pekerjaan baru dalam ekonomi. Ekonomi saat ini adalah tanah yang
subur bagi wirausahawan misalnya : permintaan pelayanan sektor jasa meledak
2.
Meningkatkan produktivitas : kemampuan
untuk menghasilkan lebih banyak barang dan jasa dengan TK dan input lain yang
lebih sedikit.
3.
Menciptakan teknologi, produk dan jasa
baru: Komputer digital,mesin fotokopi, laser, power steering.
4.
Mengubah dan meremajakan persaingan
pasar : pasar internasional menyediakan peluang kewirausahaan.
Kewirausahaan
pertama kali muncul pada abad 18 diawali
dengan penemuan-penemuan baru
seperti mesin uap,
mesin pemintal, dll.
Tujuan utama mereka
adalah pertumbuhan dan
perluasan organisasi melalui
inovasi dan kreativitas.
Keuntungan dan kekayaan bukan tujuan utama.
Secara sederhana
arti wirausahawan (entrepreneur) adalah
orang yang berjiwa
berani mengambil resiko untuk
membuka usaha dalam
berbagai kesempatan Berjiwa
berani mengambil resiko artinya
bermental mandiri dan
berani memulai usaha,
tanpa diliputi rasa takut atau
cemas sekalipun dalam kondisi tidak pasti.
(Kasmir, 2007 : 18). Pengertian
kewirausahaan relatif berbeda-beda
antar para ahli/sumber
acuan dengan titik berat
perhatian atau penekanan
yang berbeda-beda, diantaranya
adalah penciptaan organisasi baru
(Gartner, 1988), menjalankan kombinasi (kegiatan) yang baru (Schumpeter, 1934),
ekplorasi berbagai peluang
(Kirzner, 1973), menghadapi ketidakpastian (Knight, 1921),
dan mendapatkan secara
bersama faktor-faktor produksi (Say, 1803).
Beberapa definisi
tentang kewirausahaan tersebut
diantaranya adalah sebagai
berikut: Richard Cantillon (1775) Kewirausahaan
didefinisikan sebagai bekerja
sendiri (self-employment). Seorang
wirausahawan membeli barang
saat ini pada
harga tertentu dan
menjualnya pada masa yang
akan datang dengan
harga tidak menentu.
Jadi definisi ini
lebih menekankan pada bagaimana seseorang menghadapi resiko atau
ketidakpastian
Jean Baptista Say
(1816) Seorang wirausahawan adalah
agen yang menyatukan
berbagai alat-alat produksi dan menemukan nilai dari
produksinya. Frank Knight (1921) Wirausahawan
mencoba untuk memprediksi
dan menyikapi perubahan pasar. Definisi ini
menekankan pada peranan
wirausahawan dalam menghadapi ketidakpastian pada
dinamika pasar. Seorang
worausahawan disyaratkan untuk melaksanakan fungsi-fungsi
manajerial mendasar seperti
pengarahan dan pengawasan
Joseph Schumpeter
(1934) Wirausahawan adalah seorang
inovator yang mengimplementasikan perubahan perubahan di
dalam pasar melalui
kombinasi-kombinasi baru. Kombinasi
baru tersebut bisa dalam
bentuk (1) memperkenalkan produk
baru atau dengan
kualitas baru, (2) memperkenalkan metoda
produksi baru, (3)
membuka pasar yang
baru (new market), (4)
Memperoleh sumber pasokan
baru dari bahan
atau komponen baru, atau
(5) menjalankan organisasi
baru pada suatu
industri. Schumpeter mengkaitkan wirausaha
dengan konsep inovasi
yang diterapkan dalam
konteks bisnis serta mengkaitkannya dengan kombinasi sumber daya.
Penrose (1963)
Kegiatan kewirausahaan mencakup
indentifikasi peluang-peluang di
dalam sistem ekonomi. Kapasitas
atau kemampuan manajerial
berbeda dengan kapasitas kewirausahaan. Harvey Leibenstein
(1968, 1979) Kewirausahaan mencakup kegiatan-kegiatann yang
dibutuhkan untuk menciptakan atau melaksanakan
perusahaan pada saat
semua pasar belum
terbentuk atau belum teridentifikasi dengan
jelas, atau komponen
fungsi produksinya belum
diketahui sepenuhnya.
Israel Kirzner (1979)
Wirausahawan mengenali dan bertindak terhadap peluang pasar. Entrepreneurship Center at Miami University
of Ohio; Kewirausahaan sebagai proses mengidentifikasi, mengembangkaan, dan membawa visi ke dalam kehidupan. Visi
tersebut bisa berupa ide inovatif, peluang, cara yang lebih baik
dalam menjalankan sesuatu.
Hasila akhir dari
proses tersebut adalah penciptaan usaha baru yang dibentuk
pada kondisi resiko atau ketidakpastian.
Peter F. Drucker Kewirausahaan merupakan kemampuan dalam
menciptakan sesuatu yang baru dan
berbeda. Pengertian ini
mengandung maksud bahwa
seorang wirausahan adalah orang
yang memiliki kemampuan
untuk menciptakan sesuatu
yang baru, berbeda dari yang lain. Atau mampu
menciptakan sesuatu yang berbeda dengan yang sudah ada sebelumnya. Menurut
Zimmerer; Kewirausahaan sebagai suatu
proses penerapan kreativitas
dan inovasi dalam memecahkan persoalan
dan menemukan peluang
untuk memperbaiki kehidupan (usaha).
Salah satu
kesimpulan yang bisa
ditarik dari berbagai
pengertian tersebut adalah bahwa
kewirausahaan dipandang sebagai
fungsi yang mencakup
eksploitasi peluang-peluang yang
muncul di pasar.
Eksploitasi tersebut sebagian
besar berhubungan dengan pengarahan dan
atau kombinasi input
yang produktif. Seorang
wirausahawan selalu diharuskan
menghadapi resiko atau peluang yang muncul, serta sering dikaitkan dengan
tindakan yang kreatif
dan innovatif. Wirausahawan adalah
orang yang merubah
nilai sumber daya, tenaga
kerja, bahan dan
faktor produksi lainnya
menjadi lebih besar dari pada sebelumnya
dan juga orang
yang melakukan perubahan,
inovasi dan cara-cara baru.
Selain itu,
seorang wirausahawan menjalankan
peranan manajerial dalam kegiatannya, tetapi
manajemen rutin pada
operasi yang sedang
berjalan tidak digolongkan sebagai
kewirausahaan. Seorang individu
mungkin menunjukkan fungsi kewirausahaan ketika
membentuk sebuah organisasi,
tetapi selanjutnya menjalankan fungsi manajerial
tanpa menjalankan fungsi
kewirausahaannya. Jadi kewirausahaan
bisa bersifat sementara atau kondisional.
Kesimpulan lain
dari kewirausahaan adalah
proses penciptaan sesuatu
yang berbeda nilainya dengan
menggunakan usaha dan
waktu yang diperlukan,
memikul resiko finansial,
psikologi dan sosial
yang menyertainya, serta
menerima balas jasa moneter dan kepuasan pribadi.
Istilah wirausaha
muncul kemudian setelah dan sebagai padanan wiraswasta yang sejak awal
sebagian orang masih
kurang sreg dengan
kata swasta. Persepsi
tentang wirausaha sama dengan
wiraswasta sebagai padanan
entrepreneur. Perbedaannya adalah pada penekanan pada kemandirian
(swasta) pada wiraswasta dan pada usaha (bisnis) pada wirausaha. Istilah
wirausaha kini makin
banyak digunakan orang
terutama karena memang penekanan
pada segi bisnisnya. Walaupun demikian mengingat tantangan yang dihadapi
oleh generasi muda
pada saat ini
banyak pada bidang
lapangan kerja, maka pendidikan wiraswasta
mengarah untuk survival
dan kemandirian seharusnya
lebih ditonjolkan.
Sedikit perbedaan
persepsi wirausaha dan
wiraswasta harus dipahami,
terutama oleh para pengajar agar arah dan tujuan pendidikan yang
diberikan tidak salah. Jika yang diharapkan
dari pendidikan yang
diberikan adalah sosok
atau individu yang
lebih bermental baja atau
dengan kata lain
lebih memiliki kecerdasan
emosional (EQ) dan kecerdasarn advirsity (AQ) yang berperan
untuk hidup (menghadapi tantangan hidup dan kehidupan) maka
pendidikan wiraswasta yang
lebih tepat. Sebaliknya
jika arah dan tujuan
pendidikan adalah untuk
menghasilkan sosok individu
yang lebih lihai
dalam bisnis atau uang,
atau agar lebih
memiliki kecerdasan finansial
(FQ) maka yang
lebih tepat adalah pendidikan
wirausaha. Karena kedua
aspek itu sama
pentingnya, maka pendidikan yang
diberikan sekarang lebih
cenderung kedua aspek
itu dengan menggunakan kata
wirausaha. Persepsi wirausaha
kini mencakup baik
aspek finansial maupun personal,
sosial, dan profesional (Soesarsono,
2002 : 48)
2.
Ciri
dan Watak Wirausaha
NO
|
Ciri
|
Watak
|
1
|
Percaya
diri
|
Keyakinan,
ketidaktergantungan, individualistis, dan optimisme
|
2
|
Berorientasi
pada
tugas
dan hasil
|
Kebutuhan
untuk berprestasi, berorientasi laba, ketekunan dan ketabahan, tekad kerja
keras, mempunyai dorongan kuat, energetik dan inisiatif
|
3
|
Pengambilan
resiko
|
Kemampuan
untuk mengambil resiko yang wajar dan suka tantangan
|
4
|
Kepemimpinan
|
Perilaku
sebagai pemimpin, bergaul dengan orang lain, menanggapi saran-saran dan
kritik
|
5
|
Keorisinilan
|
Inovatif
dan kreatif serta fleksibel
|
6
|
Berorientasi
ke masa
depan
|
Pandanga
ke depan, perspektif
|
Sumber : dari Meredith,
et.a., dalam Suryana, 2001 : 8.
Dalam konteks
bisnis, seorang entrepreneur
membuka usaha
baru (new ventures) yang
menyebabkan munculnya produk
baru atau ide
tentang penyelenggaraan jasa-jasa.
Karakteristik tipikal entrepreneur (Schermerhorn Jr, 1999) :
(1) fokus pengendalian internal; (2)
tingkat energi tinggi; (3) kebutuhan
tinggi akan prestasi;(4) toleransi terhadap ambiguitas ;(5) kepercayaan diri;(6)
berorientasi pada action
Karakteristik
Wirausahawan (Masykur W): (1) keinginan untuk berprestasi; (2) keinginan untuk
bertanggung jawab; (4) referensi kepada resiko menengah;(4) persepsi kepada
kemungkian berhasil; (5) sikap terhadap
uang.
Wirausahawan yang
berhasil mempunyai standar
prestasi tinggi. Potensi
kewirausahaan tersebut dapat dilihat sebagai berikut : (Masykur, Winardi) (1)
kemampuan inovatif; (2) toleransi terhadap kemenduaan (ambiguity);(3) keinginan untuk berprestasi; (4) kemampuan
perencanaan realistis;(5) kepemimpinan berorientasi pada tujuan; (6) obyektivitas;
(7) tanggung jawab pribadi;(8) kemampuan beradaptasi (Flexibility); (9) kemampuan sebagai pengorganisator dan
administrator; (10) tingkat komitmen tinggi (survival)
Jenis Kewirausahaan (Williamson, 1961)
a.
Innovating
Entrepreneurship
Bereksperimentasi secara
agresif, trampil mempraktekkan
transformasi transformasi
atraktif
b.
Imitative Entrepreneurship
Meniru
inovasi yang berhasil dari para Innovating Entrepreneur
c.
Fabian
Entrepreneurship
Sikap
yang teramat berhati-hati dan sikap skeptikal tetapi yang segera melaksanakan
peniruan-peniruan menjadi jelas sekali, apabila mereka tidak melakukan hal
tersebut, mereka akan kehilangan posisi relatif pada industri yang
bersangkutan.
d.
Drone
Entrepreneurship
Drone =
malas. Penolakan untuk
memanfaatkan peluang-peluang untuk
melaksanakan perubahan-perubahan dalam
rumus produksi sekalipun
hal tersebut akan mengakibatkan
mereka merugi diabandingkan dengan produsen lain.
Di banyak
negara berkembang masih
terdapat jenis entrepreneurship yang
lain yang disebut sebagai Parasitic Entrepreneurship, dalam
konteks ilmu ekonomi disebut sebagai Rent-seekers (pemburu rente). (Winardi,
1977)
3.
Proses
Kewirausahaan
Tahap-tahap
Kewirausahaan
Secara umum tahap-tahap
melakukan wirausaha :
1)
Tahap
memulai, tahap di
mana seseorang yang
berniat untuk melakukan
usaha mempersiapkan segala sesuatu
yang diperlukan, diawali
dengan melihat peluang usaha
baru yang mungkin
apakah membuka usaha
baru, melakukan akuisisi,
atau melakukan franchising. Juga
memilih jenis usaha
yang akan dilakukan
apakah di bidang pertanian,
industri / manufaktur / produksi atau jasa.
2)
Tahap
melaksanakan usaha atau
diringkas dengan tahap
"jalan", tahap ini seorang
wirausahawan mengelola berbagai
aspek yang terkait
dengan usahanya, mencakup aspek-aspek :
pembiayaan, SDM, kepemilikan,
organisasi, kepemimpinan yang
meliputi bagaimana mengambil
resiko dan mengambil
keputusan, pemasaran, dan melakukan evaluasi.
3)
Mempertahankan usaha,
tahap di mana
wirausahawan berdasarkan hasil
yang telah dicapai melakukan
analisis perkembangan yang
dicapai untuk ditindaklanjuti sesuai dengan kondisi yang dihadapi
4)
Mengembangkan usaha,
tahap di mana
jika hasil yang
diperoleh tergolong positif atau
mengalami perkembangan atau
dapat bertahan maka
perluasan usaha menjadi salah satu pilihan yang mungkin
diambil.
Menurut Carol
Noore yang dikutip
oleh Bygrave (1996
: 3), proses
kewirausahaan diawali dengan adanya
inovasi. Inovasi tersebut
dipengeruhi oleh berbagai
faktor baik yang berasal
dari pribadi maupun
di luar pribadi,
seperti pendidikan, sosiologi, organisasi, kebudayaan
dan lingkungan. Faktor-faktor
tersebut membentuk locus
of control, kreativitas, keinovasian,
implementasi, dan pertumbuhan
proses inovasi, proses pemicu, proses pelaksanaan, proses pertumbuhan
yang kemudian berkembangan menjadi
wirausaha yang besar.
Secara internal,
keinovasian dipengaruhi oleh faktor
yang bersal dari
individu, seperti locus
of control, toleransi,
nilai-nilai, pendidikan,
pengalaman. Sedangkan faktor
yang berasal dari
lingkungan yang mempengaruhi
diantaranya model peran, aktivitas, dan peluang. Oleh karena itu, inovasi
berkembangan menajdi kewirausahaan
melalui proses yang
dipengrauhi lingkungan,
organisasi dan keluarga (Suryana, 2001 : 34).
Secara ringkas, model
proses kewirausahaan mencakup tahap-tahap berikut (Alma, 2007 : 10 – 12). Berdasarkan analisis
pustaka terkait kewirausahaan, diketahui
bahwa aspek-aspek yang perlu diperhatikan dalam melakukan
wirausaha adalah :
a.
Mencari peluang usaha baru : lama usaha
dilakukan, dan jenis usaha yang pernah dilakukan
b.
Pembiayaan : pendanaan – jumlah dan
sumber-sumber dana
c.
SDM : tenaga kerja yang dipergunakan
d.
Kepemilikan : peran-peran dalam
pelaksanaan usaha
e.
Organisasi : pembagian kerja diantara
tenaga kerja yang dimiliki
f.
Kepemimpinan :
kejujuran, agama, tujuan
jangka panjang, proses
manajerial (POAC)
g.
Pemasaran : lokasi dan tempat usaha
4.
Faktor-faktor
Motivasi Berwirausaha
Ciri-ciri wirausaha yang berhasil
(Kasmir, 27 – 28)
a.
Memiliki
visi dan tujuan
yang jelas. Hal
ini berfungsi untuk
menebak ke mana langkah
dan arah yang
dituju sehingga dapat
diketahui langkah yang
harus dilakukan oleh pengusaha tersebut
b.
Inisiatif dan selalu proaktif. Ini
merupakan ciri mendasar di mana pengusaha tidak hanya menunggu
sesuatu terjadi, tetapi
terlebih dahulu memulai
dan mencari peluang sebagai
pelopor dalam berbagai kegiatan.
c.
Berorientasi pada
prestasi. Pengusaha yang
sukses selalu mengejar
prestasi yang lebih baik daripada
prestasi sebelumnya. Mutu produk, pelayanan yang diberikan, serta kepuasan
pelanggan menjadi perhatian utama. Setiap waktu segala aktifitas usaha yang
dijalankan selalu dievaluasi
dan harus lebih
baik dibanding sebelumnya.
d.
Berani
mengambil risiko. Hal
ini merupakan sifat
yang harus dimiliki
seorang pengusaha kapanpun dan dimanapun, baik dalam bentuk uang maupun
waktu.
e.
Kerja keras. Jam kerja pengusaha tidak
terbatas pada waktu, di mana ada peluang di situ dia datang. Kadang-kadang
seorang pengusaha sulit untuk mengatur waktu kerjanya. Benaknya
selalu memikirkan kemajuan
usahanya. Ide-ide baru
selalu mendorongnya untuk bekerja
kerjas merealisasikannya. Tidak
ada kata sulit
dan tidak ada masalah yang tidak dapat diselesaikan.
f.
Bertanggungjawab terhadap
segala aktifitas yang
dijalankannya, baik sekarang maupun yang akan datang. Tanggungjawab seorang
pengusaha tidak hanya pada segi material, tetapi juga moral kepada berbagai
pihak.
g.
Komitmen
pada berbagai pihak
merupakan ciri yang
harus dipegang teguh dan harus ditepati.
Komitmen untuk melakukan
sesuatu memang merupakan kewajiban untuk segera ditepati
dana direalisasikan.
h.
Mengembangkan dan
memelihara hubungan baik
dengan berbagai pihak,
baik yang berhubungan langsung
dengan usaha yang
dijalankan maupun tidak. Hubungan baik
yang perlu dlijalankan,
antara lain kepada para
pelanggan, pemerintah, pemasok, serta masyarakat luas.
Dari analisis
pengalaman di lapangan,
ciri-ciri wirausaha yang
pokok untuk dapat berhasil dapat dirangkum dalam tiga
sikap, yaitu :
a.
Jujur, dalam arti berani untuk
mengemukakan kondis sebenarnya dari usaha yang dijalankan, dan
mau melaksanakan kegiatan
usahanya sesuai dengan kemampuannya. Hal ini diperlukan
karena dengan sikap tersebut cenderung akan membuat pembeli
mempunyai kepercayaan yang
tinggi kepada pengusaha sehingga mau dengan rela untuk
menjadi pelanggan dalam jangka waktu panjang ke depan
b.
Mempunyai tujuan
jangka panjang, dalam
arti mempunyai gambaran
yang jelas mengenai perkembangan akhir dari usaha yang dilaksanakan. Hal
ini untuk dapat memberikan motivasi yang
besar kepada pelaku
wirausaha untuk dapat melakukan kerja
walaupun pada saat
yang bersamaan hasil
yang diharapkan masih juga belum
dapat diperoleh.
c.
Selalu taat berdoa, yang merupakan
penyerahan diri kepada Tuhan untuk meminta apa
yang diinginkan dan
menerima apapun hasil
yang diperoleh. Dalam
bahasa lain, dapat dikemukakan
bahwa ”manusia yang
berusaha, tetapi Tuhan-lah
yang menentukan !” dengan
demikian berdoa merupakan
salah satu terapi
bagi pemeliharaan usaha untuk mencapai cita-cita.
Kompetensi perlu
dimiliki oleh wirausahawan
seperti halnya profesi
lain dalam kehidupan, kompetensi
ini mendukungnya ke
arah kesuksesan. Dan
& Bradstreet business Credit
Service (1993 :
1) mengemukakan 10
kompetensi yang harus
dimiliki, yaitu :
1. Knowing
your business, yaitu mengetahui usaha apa yang akan dilakukan. Dengan kata
lain, seorang wirausahawan harus mengetahui segala sesuatu yang ada hubungannya
dengan usaha atau bisnis yang akan dilakukan.
2. Knowing the
basic business management, yaitu
mengetahui dasar-dasar
pengelolaan bisnis, misalnya
cara merancang usaha,
mengorganisasi dan
mengenalikan perusahaan, termasuk
dapat memperhitungkan,
memprediksi, mengadministrasikan, dan
membukukan kegiatan-kegiatan
usaha. Mengetahui manajemen bisnis berarti memahami kiat, cara, proses dan pengelolaan semua sumberdaya
perusahaan secara efektif dan efisien.
3. Having the
proper attitude, yaitu
memiliki sikap yang
sempurna terhadap usaha yang
dilakukannya. Dia harus
bersikap seperti pedagang, industriawan, pengusaha,
eksekutif yang sunggung-sungguh dan
tidak setengah hati.
4. Having adequate
capital, yaitu memiliki
modal yang cukup.
Modal tidak hanya bentuk
materi tetapi juga
rohani. Kepercayaan dan
keteguhan hati merupakan modal
utama dalam usaha.
Oleh karena itu,
harus cukup waktu, cukup uang,
cukup tenaga, tempat dan mental.
5. Managing finances
effectively, yaitu memiliki
kemampuan / mengelola keuangan, secara
efektif dan efisien,
mencari sumber dana
dan menggunakannnya secara tepat, dan mengendalikannya secara akurat.
6. Managing time
efficiently, yaitu kemampuan
mengatur waktu seefisien mungkin. Mengatur,
menghitung, dan menepati
waktu sesuai dengan kebutuhannya.
7. Managing people,
yaitu kemampuan merencanakan,
mengatur, mengarahkan/ memotivasi, dan
mengendalikan orang-orang dalam menjalankan perusahaan.
8. Statisfying customer
by providing high
quality product, yaitu
memberi kepuasan kepada pelanggan
dengan cara menyediakan
barang dan jasa yang bermutu, bermanfaat dan memuaskan.
9. Knowing Hozu
to Compete, yaitu
mengetahui strategi/cara bersaing. Wirausaha harus dapat
mengungkap kekuatan (strength), kelemahan (weaks), peluang (opportunity),
dan ancaman (threat), dirinya dan
pesaing. Dia harus menggunakan
analisis SWOT sebaik
terhadap dirinya dan terhadap pesaing.
10. Copying with regulation and paper work,
yaitu membuat aturan / pedoman yang jelas tersurat, tidak tersirat. (Triton,
2007 :137 – 139)
Delapan anak tangga menuju puncak karir
berwirausaha (Alma, 106 – 109), terdiri atas :
Ø Mau
kerja keras (capacity for hard work)
Ø Bekerjasama
dengan orang lain (getting things done with and through people)
Ø Penampilan
yang baik (good appearance)
Ø Yakin
(self confidence)
Ø Pandai
membuat keputusan (making sound decision)
Ø Mau
menambah ilmu pengetahuan (college education)
Ø Ambisi
untuk maju (ambition drive)
Ø Pandai
berkomunikasi (ability to communicate)
5.
Kasus
Kewirausahaan
Mahasiswa mencari
kasus-kasus wirausaha khususnya
yang sukses dari
internet atau sumber lainnya –
TUGAS INDIVIDU, ATAU mahasiswa
ditugaskan untuk mengambil
data mengenai wirausaha
atau usaha kecil menengah (UKM)
dengan menggunakan kuesioner
yang telah disiapkan
– TUGAS KELOMPOK :
masing-masing mahasiswa dikelompokkan
dengan anggota minimal
3 orang dan setiap kelompok diminta untuk mengumpulkan 5 kasus UKM).
This post have 0 komentar