ETIKA WIRAUSAHA
A.
Pokok
Bahasan
Etika
Wirausaha
B.
Sub
Pokok Bahasan
1.
Gejala Tidak jujur di Masyarakat
2.
Pengertian Etika
3.
Faktor yang Mempengaruhi Etika
4.
Keuntungan Menjaga Etika
5.
Konsumerisme
6.
Masalah Polusi
7.
Budaya Perusahaan
C.
Tujuan
1.
Mahsiswa diharapkan dapat memahami
beberapa gejala tidak jujur di masyarakat
2.
Mahsiswa diharapkan dapat menjelaskan
pengertian wirausaha.
3.
Mahasiswa diharapkan mengetahui Faktor
yang Mempengaruhi Etika
4.
Mahasiswa diharapkan dapat Berorientasi
ke Masa Depan
5.
Mahasiswa diharapkan dapat mengetahui
Keuntungan Menjaga Etika
6.
Mahasiswa diharapkan dapat memahami
Konsep 10 D. Dari Bygrave
7.
Mahasiswa diharapkan dapat memahami
istilah Konsumerisme.
8.
Mahasiswa diharapkan dapat mendesain
kegiatan marketing untuk melestarikan lingkungan/mencegah polusi
9.
Mahasiswa diharapkan dapat memahami
perlunya menciptakan budaya yang positif dalam perusahaan.
D.
Metode
1.
Penugasan Baca
2.
Ceramah dan Tanya jawab
3.
Diskusi kelompok dan pleno
4.
Penguatan materi oleh dosen
E.
Media
dan Bahan
1.
Makalah tentang modul dan materi
2.
Buku-buku/referensi yang terkait dengan
modul ini
3.
Laptop, Infokus LCD
4.
White board dan marker
5.
Kertas tulis dan balpoin
F.
Waktu
Pembahasan : 100 menit
1.
Tugas baca : 20
menit
2.
Ceramah dan Tanya jawab :
30menit
3.
Diskusi kelompok : 20 menit
4.
Diskusi pleno : 20
menit
5.
Evaluasi : 10 menit
G.
Proses
Pembahasan
1.
Dosen menjelaskan tentang penggunaan
modul dan proses belajar mengajar
2.
Dosen menjelaskan tentang:
a.
Modul dan tujuan modul
b.
Judul pokok bahasan
c.
Judul sub pokok bahasan
d.
Metode dan media pembahasan
e.
Waktu dan alokasi waktu
f.
Proses belajar mengajar
3.
Dosen memberikan tugas kepada mahasiswa
untuk membaca makalah tentang Gejala Tidak jujur di Masyarakat, Pengertian
Etika, Faktor yang Mempengaruhi Etika, Keuntungan Menjaga Etika, Konsumerisme,
Masalah Polusi, Budaya Perusahaan
4.
Dosen menjawab pertanyaan-pertanyaan
penjelasan dari mahasiswa, dan memberikan ceramah dan penekanan-penekanan pada
pokok-pokok bahasan.
5.
Dosen memberikan pengantar tentang
diskusi kelompok
6.
Diskusi kelompok
Mahasiswa
dibagi dalam 7 kelompok, masing-masing membahas dua sub pokok bahasan yang
berbeda, secara diundi. Kelompok ditugasi untuk memilih ketua dan sekretaris,
membahas sub pokok bahasan masing-masing, membuat catatan hasil diskusi sebagai
bahan laporan dalam diskusi pleno.
7.
Diskusi pleno
·
Dosen menugaskan juru bicara
masing-masing kelompok untuk menyajikan hasil diskusi kelompoknya.
·
Para peserta diskusi menyampaikan
komentarnya.
·
Dosen memberikan komentarnya dan
merangkum hasil diskusi.
H.
Materi
Pembahasan
1.
Gejala
Tidak Jujur di Masyarakat
Wirausaha
dengan berbagai jenis bisnisnya hidup di tengah-tengah masyarakat. Mereka
menyatu, saling membantu bahkan kadang-kadang saling menipu. Ada mereka yang
memang senang menipu, hidupnya di alam
ketidakjujuran. Orang tidak jujur, kalaupun berhasil biasanya hannya untuk
sementara waktu, mereka cepat hancur. Jika mau abadi, hidup tenang, disenagi
oleh semua orang, maka hiduplah dengan penuh kejujuran. Jujur adal modal dalam
kehidupan. Demikianlah prilaku pribadi dan organisasi masing-masing anggota
tidak sama. Gejala mutakhir dari masyarakat kita ialah sulit mmencari orang
jujur. Oleh sebab itu seorang wirausahawan harus selalu berhati-hati, menutup
segala celah kemungkinan ditipu orang.
Merosotnya
rasa solidaritas, tanggung jawab sosial, dan tingkat kejujuran di kalangan
kelompok bisnis, dan anggota masyarakat, merupakan gejala umum, dan meruntuhkan
teori-teori solidaritas, likuilitas, bonafiditas, yang menyangkut kepercayaan,
bisa dipercaya dari segi mmoral, segi keuangan, tepat bila berjanji dsb.
Penipuan-penipuan
atau saling menipu bisa terjadi antara pelaku bisnis dengan pelaku bisnis,
pelaku bisnis dengan konsumen, konsumen dengan pelaku bisnis, konsumen dengan
konsumen dsb. Penipuan dan pelanggaran etika banyak terjadi seperti, penipuan
cek kosong, giro bilyet yang ditolak, karena ketiadaan dana, atau
kadanng-kadang membayar dengan cek/giro bilyet yang gironya sudah ditutup,
utang tidak dibayar, kiriman barang tidak sesuai dengan contoh, janji tidak
ditepati, kiriman barang jumlahnya kurang dari faktur, barang rusak, dsb.
Dalam
dunia bisnis semua orang tidak mengharapkan memperoleh perlakuan tidak jujur
dari sesamanya. Praktek manipulasi tidak akan terjadi jika dilandasi moral yang
tinggi. Moral dan tingkat kejujuran rendah akan menghancurkan tata nilai etika
bisnis itu sendiri. Masalahnya tidak ada hukuman yang tegas terhadap
pelanggaran etika tersebut, karena nilai etika hany ada dalm hati murani
seseorang. Etika mempunyai nilai intern dalam hati, berbeda dengan aturan hukum
yang mempunyai unsur paksaaan ekstern. Akan tetapi bagi orang-orang bisnis yang
dilandasi oleh rasa keagamaan mendalam akan mengetahui prilaku jujur akan
memberikan kepuasan tersendiri dalam kehidupannya baik dalam dunia nyata
sekarang apalagi dalam kehidupan nanti diakhirat.
2.
Pengertian
Etika
Istilah
etika diartikan sebagai suatu perbuatan standar (standard of conduct) yang
memimpin individu dalam membuat keputusan. Etik ialah suatu studi menganai yang
benar dan yang salah dan pilihan moral yang dilakukan seseorang. Keputusan etik
ialah suatu hal yang benar mengenai prilaku standar. Etika bisnis terkadang
disebut pula etika manajemen, yaitu peranan moral kedalam kegiatan bisnis. W.F.
Schoell menyatakan: Business Ethics is a
system of "oughts" a colletion of business behavior. Behavior that
confrorms to principles is ethical (Schoell,1993: 46).
Jadi
sebenarnya perilaku yang etis itu ialah prilaku yang mengikuti perintah Allah
dan menjahui segala larangan-Nya. Dalam Islam, etika bisnis ini sudah banyak di
bahas dalam berbagai litelatur, dan sumber utamanya adalah Al-Qur'an dan sunah
Rasul.
Etika
bisnis mencangkup hubungan antar perusahaan dengan orang yang menginvstasi
uangnya dalam perusahaan, dengan konsumen, pegawai, kreditur, saingan dan
sebagainya. Orang yang menanam uang atau investor menginginkan manajemen dapat
mengelola perusahaan secara berhasil,sehingga dapat menghasilkan keuntungan
bagi mereka. konsumen menginginkan agar perusahaan menghasilakn produk bermutu
dan dapat dipercaya dan dengan harga yang layak. Para karyawan menginginkan
agar perusahaan mampu mebayar balas jasa layak bagi kehidupan mereka, memberi
kesempatan naik pangkat atau promosi jabatan. Pihak kreditur mengharapkan agar
semua utang perusahaan dapat dibayar tepat pada waktunya dan membuat laporan
keunngan yang dapat dipercaya dan dibuat secara teratur. Pihak saingan
mengharapkan agar dalam persaingan dilakukan secara baik, tidak merugikan dan
mmenghancurkan pihak lain.
Etik
yang dimiliki oleh masing-masing individu sebenarnya merupakan dari etik sejak
dulu, yang dianut oleh dan disampaikan kepada kita oleh orang tua, guru,
pemimpin agama, dan lingkungan kita secar keselururan. Jadi etik yang digunakan
oleh orang bisnis tidak terlepas dari sumber-sumber yang sama.
Definisi
lain menyatakan: Etika bisnis menyangkut
usaha membangun kepercayaan antara
anggota masyarakat dengan perusahaan, dan ini merupakan elemen sangat penting
buat suksesnya suatu bisnis dalam jangka panjang. Jadi prinsip seorang
wirausaha lebih baek merugi daripadda melakukan perbuatan tidak tepuji. Para
pengusaha semaksimal mungkin harus menghindarkan pertengkaran, apalagi yang
akan putus hubungan. Semua claim dari relasi sampai tingkat tertentu harus
dilayani dengan penuh toleransi. Semua ini untuk menjaga reputasi, nama baik
perusahaan, Menjujung tinggi etika harus dilakukan terhadap stakeholder
perusahaan, apakah external stokeholder seperti; konsuemn, kwelompok-kelompok
yang berhubungan dengan perusahaan, organisasi buruh, pihak pemasok,
pemerintah, creditors, masyarakat umum atau internal stokeholder seperti unsur
pimpinan, tim manajemen dan karyawan.
3.
Faktor
Yang Memperngaruhi Etika
Banyak
faktor yang berpengaruh terhadap prilaku etika, namun pada dasarnya ada tiga
faktor utama yaitu (Bovee et al 2004)
1)
Cultural
Difference, sebagaimana diketahui bahwa tiap
daerah, memiliki kebiasaan sendiri-sendiri. Peyogokan, komisi, amplop, upeti,
dsb. tentu dipahami dalam bentuk berbeda ditiap daerah, ada yang membolehkan
ada yang tidak membolehkan, ada yang mengharuskan. Ada pula dibuat kesepakatan,
bahawa dunia industri tidak deibenarkan menggunakan penyogokan sebagai alat
menerobos produknya ke suatu daerah, walaupun demikian sogok menyogok ini tidak
kunjung habis, dan sulit diberantas.
2)
Knowledge,
orang-orang yang mengetahui, dan berada dalam jalur pengambil keputusan mencoba
berusaha tidak terlibat dalam masalah menyangkut masalah etika ini.
3)
Organisator
behavior, pondasi kokoh dari sebuah etika bisnis, adalah
iklim yang berlaku pada sebuah organisasi. Jika seorang manjer mempunyai rasa
etik yang lebih luhur akan tetapi karyawannya tidak memahami tujuan prilaku
etik ini, maka ini tidak ada artinya,
karyawan alkam bekerja semaunya. Oleh sebab itu, harus dibangun semacam komunikasi yang baik
dan terus menerus dengan karyawan agar mereka memahami lebih baik tentang etika
pada perusahaan. Beberapa contoh kode etik dalm sebuah perusahan seperti ;
·
Perusahaan harus mengutamakan,
keselamatan, kesehatan, kenyamanan, publik.
·
Selalu menjaga dan melestarikan lingkungan.
·
Hindarkan konflik yang menjurus kepada
kerusakan.
·
Menolak penyogokan dalam segala
bentuknya.
·
Pahami teknologi dan aplikasinya.
·
Senang menerima kritik dan saran-saran.
·
Perlakuan sama pada setiap orang, tidak
pandang etnis, ras, agama, cacat, d
·
Dan sebagai bentuk kode etik lainnya,
sesuai dengan bentu dan jenis bisnis.
4.
Keuntungan
Menjaga Etika
Ada
salah kaprah dalam bisnis dimasyarakat, yaitu jika jujur berbisnis maka
bisnisnya tidak akan maju. Zimmarer menyatakan " One of the most commoen
misconception abuot business is the contradicetion between ethics and profits.
"Orang masih saja memperdebatkan pendapat bahwa kejujuran akan membawa
keberuntungan, atau pikiran jujur dan bohong jangan dibaawa-bawa ke dalam
bisnis. Prebuatan bisnis adalah suatu kegitan mausia dalam memproduksi dan
mendistribusikan barang dan jasa, untuk memnuhi kebutuhan dan keinginan
manusia, ini adalh termasuk kegiatan "ibadah" dalam Islam. Jadi
kegiatan bisnis tidak terlepas dari ajaran agama dan kepercayaan kepada Allah
Tuhan Yang Maha Esa. Allah akan ikut campur dalam dua orang yang bersekutu,
berkongsi. Apabila dua orang menjalankan
bisnis, maka ketiganya adalah Allah. Apabila
salah seorang meliciki atau memulai menipu yang lain, maka Allah akan
menarik diri keluar dari persekutuan tersebut, sehingga persekutuan itu akan
pecah, berantakan, bubar.
Tiga Tingkatan Standar Etika
"There are three levels of
ethical standards:
·
The
law
·
The
polices and procedures of an organization
·
The
moral stance of the individual (Zimmerer, 1996:23)
Undan-undang dan
berbagai peraturan mengatur masyarakat apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan
dan memiliki sanksi yang jelas, ada hukumannya. Sedangkan the polices and procedures adalah aturan yang berlaku di dalam
sebuah lembaga, menyangkut aturan kerja, konvensasi, cara berpakaian dsb the
moral stance merupakan sikap/perilaku individubila berhadapan dengan sesuatu
dalam pergaulan yang tidak ada aturan formalnya. Nilai-nilai moral ini diperoleh oleh seseorang
sejak dini dari keluarga, belajar agama, belajar budi pekerti, sopan santun.
Perilaku semacam ini dilatih dalam kehidupan sehari-hari. Sebagaimana dikatakan
oleh Aristoteles: "you get agood adultby teachinga good child to do the
right thing. "(Zimmerer, 1996:23).
Apabila dilihat
perilaku fundamental yang berhubungan dengan etika di masyarakat, dan berlaku
sepanjang masa di semua etnis adalah:
1)
sopan santun, selalu bicara benar, terus
terang, tidak menipu,
2)
integrity, memiliki prinsip,
hormat,jangan dua muka,
3)
jaga janji, bisa dipercaya bila berjanji,
amanah,jangan mau menang sendiri,
4)
fidelity, benar dan loyal pada keluarga,
teman, jangan menyembunyikan informasi yang tidak perlu di rahasiakan,
5)
fairness,berlaku fair,dan terbuka komit
pada kedamaian, jika salah jangan tetap bertahan, tapi cepat mengakui
kesalahan,perlakuan sama pada setiap orang,sopan,toleran,
6)
caring for others, perhatian, baik budi,
ikut andil, tolong siapa yang memerlukan,
7)
respect for others,menghormati hak-hak
orang lain, fripacy, beri pertimbangan pada orang lain yang dianggap berguna,
jangan berperasangka,
8)
responsiple citizenship, patuh pada
undang-undang dan peraturan yang berlaku,jika pemimpin harus bersifat terbuka
dan mendorong,
9)
pursuit
of excellence, berbuatlah yang terbaik disegala kegiatan, dalam
pertemuan, tanggung jawab, rajin, komit, tingkatkan kompetensi dalam segala
bidang,jangan mau menang sendiri,
10)
accountability, bertanggung jawabdalam
segala perbuatanterutama dalammengambil keputusan. (diringkas dari Zimmerer
1996:28)
5.
Konsumerisme
Istilah
konsumerisme tidak sama dengan konsumtifisme-hendonisme. Konsumerisme adalah
mengahmburkan uang membeli segala macam barang atau hasrat konsumsi yang
terlalu tinggi-sedangkan hendonisme adalah gerakan protes dari para konsumen
atau masyarakat, karna perlakuan para pengusaha/wirausaha yang kurang baik
dalam melayani konsumen. Misalnya para pengusaha membuat barang yang tidak
baik, mungkin membahayakan masyarakat, atau menjual makanan dan minuman yang
sudah kadaluarsa, atau mungkin pula para penjual memberi garansi tapi tidak ditepati.
William J. Stanton, menyatakan: Konsumerisme adalah suatu tindakan dari
individu atau organisasi konsumen, lembaga pemerintah dan perusahaan sebagai
jawaban ketidakpuasan yang diterima dalam hubungan dengan jual beli. Melalui
konsumerisme ini, masyarakat mengharapkan para pengusaha berprilaku baik, etis
dalam berbinis, tidak berusaha menipu, tidak menjual dengan iklan berlebihan
dan sebagainya. Konsumerisme
menyangkut dua hal:
1)
Proses terhadap ketidakpuasan,
ketidakadilan yang diterima konsumen
2)
Mengusahakan untuk memperbaiki keadaan
menjadi lebih baik.
Adanya gerakan
konsumen ini, menimbulkan jawaban
positif dari pihak produsen, dan dari pihak pemerintah. Jawaban positif
tersebut dalam bentuk:
1)
Pendidikan konsumen, para produsen
berusaha mendidik masyarakat, dengan mengeluarkan brosur, buletin, yang memuat
informasi tentang barang yang dijual, cara pengginaan.
2)
Pemberian jaminan, sampai waktu tertentu
bila ada kerusakan, akan diberi barang
pengganti, reparasi gratis, spare-part gratis, dsb.
3)
Lembaga konsumen, membantu menampung
keluhan-keluhan konsumen, dan memperjuangkannya kepihak produsen dan
pemerintah.
4)
Pemerinah, akan mengeluarkan berbagai
peraturan untuk melindungi keselamatan konsumen,seperti pada bunhkus rokokdan
iklan rokok dittulis 'merokok tidak baek untuk kesehatan anda, makanan ini
tidak memakai zat pewarna atau zat pengawet, hewan harus dipotong diruamh
potong hewan milik pemerintah dsb. Khusus buat makanan dan minuman yang dijual
untuk masyarakat musli, diharuskan memakai label halal, produknya diperiksa
lebih dulu secara teliti, apkah tidak mengandung bahan-bahan yang diharamkan
untuk dikonsumsi oleh umat Islam.
6.
Masalah
Polusi
Green marketing
adalah mendesain kegiatan marketing untuk melestarikan lingkungan, agar
menimbulkan citra baik terhadap perusahaan. Usaha melestarikan lingkungan ini
bisa berbentuk kegiatan menanam pohon dilingkungan perusahaan, mengolah air
limbah sebelum dibuang ke selokan/sungai, memberi filter udara pada cerobong
asap pabrik, mengurangi kebisingan suara mesin, dengan memasang alat peredam
suara, mengurangi polusi tanah, dengan recycling atau mengolah kembali sampah
yang dihasilkan pabrik dsb.
7.
Budaya
Perusahaan
Budaya
perusahaan ialah karakteristik suatu orrganisasi perusahaan yang mencangkup
pengalaman, cerita, kepercayaan dan norma-norma bersama yang dianut oleh
seluruh jajaran perusahaan. Misalnya pada sebuah perusahaan dapat kita lihat,
bagaimana karyawannya berpakaian, berbicara, melayani tamu, pengaturan kantor,
dsb.
Oleh
sebab itu pengembangan budaya perusahaan harus dilakukan, karena sanggat
bermanfaat untuk meningkatkan of identity, sense of belonging, komitmen
bersama. stabilitas internal perusahaan, pengendalian sifat-sifat yang kurang
baik, dan akhirnya akan menjadi pembeda satu perusahaan dengan perusahaan lain,
dan akhirnya akan menimbulkan cerita tersendiri bagi kemajuan perusahaan.
This post have 0 komentar