-->

Sunday 27 November 2016

author photo


ETIKA WIRAUSAHA

A.           Pokok Bahasan
Etika Wirausaha
B.            Sub Pokok Bahasan
1.        Gejala Tidak jujur di Masyarakat
2.        Pengertian Etika
3.        Faktor yang Mempengaruhi Etika
4.        Keuntungan Menjaga Etika
5.        Konsumerisme
6.        Masalah Polusi
7.        Budaya Perusahaan
C.           Tujuan
1.        Mahsiswa diharapkan dapat memahami beberapa gejala tidak jujur di masyarakat
2.        Mahsiswa diharapkan dapat menjelaskan pengertian wirausaha.
3.        Mahasiswa diharapkan mengetahui Faktor yang Mempengaruhi Etika
4.        Mahasiswa diharapkan dapat Berorientasi ke Masa Depan
5.        Mahasiswa diharapkan dapat mengetahui Keuntungan Menjaga Etika
6.        Mahasiswa diharapkan dapat memahami Konsep 10 D. Dari Bygrave
7.        Mahasiswa diharapkan dapat memahami istilah Konsumerisme.
8.        Mahasiswa diharapkan dapat mendesain kegiatan marketing untuk melestarikan lingkungan/mencegah polusi
9.        Mahasiswa diharapkan dapat memahami perlunya menciptakan budaya yang positif dalam perusahaan.
D.           Metode
1.        Penugasan Baca
2.        Ceramah dan Tanya jawab
3.        Diskusi kelompok dan pleno
4.        Penguatan materi oleh dosen
E.            Media dan Bahan
1.        Makalah tentang modul dan materi
2.        Buku-buku/referensi yang terkait dengan modul ini
3.        Laptop, Infokus LCD
4.        White board dan marker
5.        Kertas tulis dan balpoin
F.            Waktu Pembahasan : 100 menit
1.        Tugas baca                          :  20 menit
2.        Ceramah dan Tanya jawab :  30menit
3.        Diskusi kelompok               :  20 menit
4.        Diskusi pleno                      :  20 menit
5.        Evaluasi                              :  10 menit
G.           Proses Pembahasan
1.        Dosen menjelaskan tentang penggunaan modul dan proses belajar mengajar
2.        Dosen menjelaskan tentang:
a.         Modul dan tujuan modul
b.         Judul pokok bahasan
c.         Judul sub pokok bahasan
d.        Metode dan media pembahasan
e.         Waktu dan alokasi waktu
f.          Proses belajar mengajar
3.        Dosen memberikan tugas kepada mahasiswa untuk membaca makalah tentang Gejala Tidak jujur di Masyarakat, Pengertian Etika, Faktor yang Mempengaruhi Etika, Keuntungan Menjaga Etika, Konsumerisme, Masalah Polusi, Budaya Perusahaan
4.        Dosen menjawab pertanyaan-pertanyaan penjelasan dari mahasiswa, dan memberikan ceramah dan penekanan-penekanan pada pokok-pokok bahasan.
5.        Dosen memberikan pengantar tentang diskusi kelompok
6.        Diskusi kelompok
Mahasiswa dibagi dalam 7 kelompok, masing-masing membahas dua sub pokok bahasan yang berbeda, secara diundi. Kelompok ditugasi untuk memilih ketua dan sekretaris, membahas sub pokok bahasan masing-masing, membuat catatan hasil diskusi sebagai bahan laporan dalam diskusi pleno.
7.        Diskusi pleno
·           Dosen menugaskan juru bicara masing-masing kelompok untuk menyajikan hasil diskusi kelompoknya.
·           Para peserta diskusi menyampaikan komentarnya.
·           Dosen memberikan komentarnya dan merangkum hasil diskusi.

H.           Materi Pembahasan
1.        Gejala Tidak Jujur di Masyarakat
Wirausaha dengan berbagai jenis bisnisnya hidup di tengah-tengah masyarakat. Mereka menyatu, saling membantu bahkan kadang-kadang saling menipu. Ada mereka yang memang senang  menipu, hidupnya di alam ketidakjujuran. Orang tidak jujur, kalaupun berhasil biasanya hannya untuk sementara waktu, mereka cepat hancur. Jika mau abadi, hidup tenang, disenagi oleh semua orang, maka hiduplah dengan penuh kejujuran. Jujur adal modal dalam kehidupan. Demikianlah prilaku pribadi dan organisasi masing-masing anggota tidak sama. Gejala mutakhir dari masyarakat kita ialah sulit mmencari orang jujur. Oleh sebab itu seorang wirausahawan harus selalu berhati-hati, menutup segala celah kemungkinan ditipu orang.
Merosotnya rasa solidaritas, tanggung jawab sosial, dan tingkat kejujuran di kalangan kelompok bisnis, dan anggota masyarakat, merupakan gejala umum, dan meruntuhkan teori-teori solidaritas, likuilitas, bonafiditas, yang menyangkut kepercayaan, bisa dipercaya dari segi mmoral, segi keuangan, tepat bila berjanji dsb.
Penipuan-penipuan atau saling menipu bisa terjadi antara pelaku bisnis dengan pelaku bisnis, pelaku bisnis dengan konsumen, konsumen dengan pelaku bisnis, konsumen dengan konsumen dsb. Penipuan dan pelanggaran etika banyak terjadi seperti, penipuan cek kosong, giro bilyet yang ditolak, karena ketiadaan dana, atau kadanng-kadang membayar dengan cek/giro bilyet yang gironya sudah ditutup, utang tidak dibayar, kiriman barang tidak sesuai dengan contoh, janji tidak ditepati, kiriman barang jumlahnya kurang dari faktur, barang rusak, dsb.
Dalam dunia bisnis semua orang tidak mengharapkan memperoleh perlakuan tidak jujur dari sesamanya. Praktek manipulasi tidak akan terjadi jika dilandasi moral yang tinggi. Moral dan tingkat kejujuran rendah akan menghancurkan tata nilai etika bisnis itu sendiri. Masalahnya tidak ada hukuman yang tegas terhadap pelanggaran etika tersebut, karena nilai etika hany ada dalm hati murani seseorang. Etika mempunyai nilai intern dalam hati, berbeda dengan aturan hukum yang mempunyai unsur paksaaan ekstern. Akan tetapi bagi orang-orang bisnis yang dilandasi oleh rasa keagamaan mendalam akan mengetahui prilaku jujur akan memberikan kepuasan tersendiri dalam kehidupannya baik dalam dunia nyata sekarang apalagi dalam kehidupan nanti diakhirat.
2.        Pengertian Etika
Istilah etika diartikan sebagai suatu perbuatan standar (standard of conduct) yang memimpin individu dalam membuat keputusan. Etik ialah suatu studi menganai yang benar dan yang salah dan pilihan moral yang dilakukan seseorang. Keputusan etik ialah suatu hal yang benar mengenai prilaku standar. Etika bisnis terkadang disebut pula etika manajemen, yaitu peranan moral kedalam kegiatan bisnis. W.F. Schoell menyatakan: Business Ethics is a system of "oughts" a colletion of business behavior. Behavior that confrorms to principles is ethical (Schoell,1993: 46).
Jadi sebenarnya perilaku yang etis itu ialah prilaku yang mengikuti perintah Allah dan menjahui segala larangan-Nya. Dalam Islam, etika bisnis ini sudah banyak di bahas dalam berbagai litelatur, dan sumber utamanya adalah Al-Qur'an dan sunah Rasul.
Etika bisnis mencangkup hubungan antar perusahaan dengan orang yang menginvstasi uangnya dalam perusahaan, dengan konsumen, pegawai, kreditur, saingan dan sebagainya. Orang yang menanam uang atau investor menginginkan manajemen dapat mengelola perusahaan secara berhasil,sehingga dapat menghasilkan keuntungan bagi mereka. konsumen menginginkan agar perusahaan menghasilakn produk bermutu dan dapat dipercaya dan dengan harga yang layak. Para karyawan menginginkan agar perusahaan mampu mebayar balas jasa layak bagi kehidupan mereka, memberi kesempatan naik pangkat atau promosi jabatan. Pihak kreditur mengharapkan agar semua utang perusahaan dapat dibayar tepat pada waktunya dan membuat laporan keunngan yang dapat dipercaya dan dibuat secara teratur. Pihak saingan mengharapkan agar dalam persaingan dilakukan secara baik, tidak merugikan dan mmenghancurkan pihak lain.
Etik yang dimiliki oleh masing-masing individu sebenarnya merupakan dari etik sejak dulu, yang dianut oleh dan disampaikan kepada kita oleh orang tua, guru, pemimpin agama, dan lingkungan kita secar keselururan. Jadi etik yang digunakan oleh orang bisnis tidak terlepas dari sumber-sumber yang sama.
Definisi lain menyatakan:  Etika bisnis menyangkut usaha membangun kepercayaan  antara anggota masyarakat dengan perusahaan, dan ini merupakan elemen sangat penting buat suksesnya suatu bisnis dalam jangka panjang. Jadi prinsip seorang wirausaha lebih baek merugi daripadda melakukan perbuatan tidak tepuji. Para pengusaha semaksimal mungkin harus menghindarkan pertengkaran, apalagi yang akan putus hubungan. Semua claim dari relasi sampai tingkat tertentu harus dilayani dengan penuh toleransi. Semua ini untuk menjaga reputasi, nama baik perusahaan, Menjujung tinggi etika harus dilakukan terhadap stakeholder perusahaan, apakah external stokeholder seperti; konsuemn, kwelompok-kelompok yang berhubungan dengan perusahaan, organisasi buruh, pihak pemasok, pemerintah, creditors, masyarakat umum atau internal stokeholder seperti unsur pimpinan, tim manajemen dan karyawan.
3.        Faktor Yang Memperngaruhi Etika
Banyak faktor yang berpengaruh terhadap prilaku etika, namun pada dasarnya ada tiga faktor utama yaitu (Bovee et al 2004)
1)        Cultural Difference, sebagaimana diketahui bahwa tiap daerah, memiliki kebiasaan sendiri-sendiri. Peyogokan, komisi, amplop, upeti, dsb. tentu dipahami dalam bentuk berbeda ditiap daerah, ada yang membolehkan ada yang tidak membolehkan, ada yang mengharuskan. Ada pula dibuat kesepakatan, bahawa dunia industri tidak deibenarkan menggunakan penyogokan sebagai alat menerobos produknya ke suatu daerah, walaupun demikian sogok menyogok ini tidak kunjung habis, dan sulit diberantas.
2)        Knowledge, orang-orang yang mengetahui, dan berada dalam jalur pengambil keputusan mencoba berusaha tidak terlibat dalam masalah menyangkut masalah etika ini.
3)        Organisator behavior, pondasi kokoh dari sebuah etika bisnis, adalah iklim yang berlaku pada sebuah organisasi. Jika seorang manjer mempunyai rasa etik yang lebih luhur akan tetapi karyawannya tidak memahami tujuan prilaku etik  ini, maka ini tidak ada artinya, karyawan alkam bekerja semaunya. Oleh sebab itu,  harus dibangun semacam komunikasi yang baik dan terus menerus dengan karyawan agar mereka memahami lebih baik tentang etika pada perusahaan. Beberapa contoh kode etik dalm sebuah perusahan seperti ;
·           Perusahaan harus mengutamakan, keselamatan, kesehatan, kenyamanan, publik.
·           Selalu menjaga dan melestarikan lingkungan.
·           Hindarkan konflik yang menjurus kepada kerusakan.
·           Menolak penyogokan dalam segala bentuknya.
·           Pahami teknologi dan aplikasinya.
·           Senang menerima kritik dan saran-saran.
·           Perlakuan sama pada setiap orang, tidak pandang etnis, ras, agama, cacat, d
·           Dan sebagai bentuk kode etik lainnya, sesuai dengan bentu dan jenis bisnis.
4.        Keuntungan Menjaga Etika
Ada salah kaprah dalam bisnis dimasyarakat, yaitu jika jujur berbisnis maka bisnisnya tidak akan maju. Zimmarer menyatakan " One of the most commoen misconception abuot business is the contradicetion between ethics and profits. "Orang masih saja memperdebatkan pendapat bahwa kejujuran akan membawa keberuntungan, atau pikiran jujur dan bohong jangan dibaawa-bawa ke dalam bisnis. Prebuatan bisnis adalah suatu kegitan mausia dalam memproduksi dan mendistribusikan barang dan jasa, untuk memnuhi kebutuhan dan keinginan manusia, ini adalh termasuk kegiatan "ibadah" dalam Islam. Jadi kegiatan bisnis tidak terlepas dari ajaran agama dan kepercayaan kepada Allah Tuhan Yang Maha Esa. Allah akan ikut campur dalam dua orang yang bersekutu, berkongsi. Apabila dua orang  menjalankan bisnis, maka ketiganya adalah Allah. Apabila  salah seorang meliciki atau memulai menipu yang lain, maka Allah akan menarik diri keluar dari persekutuan tersebut, sehingga persekutuan itu akan pecah, berantakan, bubar.
Tiga Tingkatan Standar Etika
"There are three levels of ethical standards:
·           The law
·           The polices and procedures of an organization
·           The moral stance of the individual (Zimmerer, 1996:23)
Undan-undang dan berbagai peraturan mengatur masyarakat apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan dan memiliki sanksi yang jelas, ada hukumannya. Sedangkan the polices and procedures adalah aturan yang berlaku di dalam sebuah lembaga, menyangkut aturan kerja, konvensasi, cara berpakaian dsb the moral stance merupakan sikap/perilaku individubila berhadapan dengan sesuatu dalam pergaulan yang tidak ada aturan formalnya.  Nilai-nilai moral ini diperoleh oleh seseorang sejak dini dari keluarga, belajar agama, belajar budi pekerti, sopan santun. Perilaku semacam ini dilatih dalam kehidupan sehari-hari. Sebagaimana dikatakan oleh Aristoteles: "you get agood adultby teachinga good child to do the right thing. "(Zimmerer, 1996:23).
Apabila dilihat perilaku fundamental yang berhubungan dengan etika di masyarakat, dan berlaku sepanjang masa di semua etnis adalah:
1)        sopan santun, selalu bicara benar, terus terang, tidak menipu,
2)        integrity, memiliki prinsip, hormat,jangan dua muka,
3)        jaga janji, bisa dipercaya bila berjanji, amanah,jangan mau menang sendiri,
4)        fidelity, benar dan loyal pada keluarga, teman, jangan menyembunyikan informasi yang tidak perlu di rahasiakan,
5)        fairness,berlaku fair,dan terbuka komit pada kedamaian, jika salah jangan tetap bertahan, tapi cepat mengakui kesalahan,perlakuan sama pada setiap orang,sopan,toleran,
6)        caring for others, perhatian, baik budi, ikut andil, tolong siapa yang memerlukan,
7)        respect for others,menghormati hak-hak orang lain, fripacy, beri pertimbangan pada orang lain yang dianggap berguna, jangan berperasangka,
8)        responsiple citizenship, patuh pada undang-undang dan peraturan yang berlaku,jika pemimpin harus bersifat terbuka dan mendorong,
9)        pursuit  of excellence, berbuatlah yang terbaik disegala kegiatan, dalam pertemuan, tanggung jawab, rajin, komit, tingkatkan kompetensi dalam segala bidang,jangan mau menang sendiri,
10)    accountability, bertanggung jawabdalam segala perbuatanterutama dalammengambil keputusan. (diringkas dari Zimmerer 1996:28)
5.         Konsumerisme
Istilah konsumerisme tidak sama dengan konsumtifisme-hendonisme. Konsumerisme adalah mengahmburkan uang membeli segala macam barang atau hasrat konsumsi yang terlalu tinggi-sedangkan hendonisme adalah gerakan protes dari para konsumen atau masyarakat, karna perlakuan para pengusaha/wirausaha yang kurang baik dalam melayani konsumen. Misalnya para pengusaha membuat barang yang tidak baik, mungkin membahayakan masyarakat, atau menjual makanan dan minuman yang sudah kadaluarsa, atau mungkin pula para penjual memberi garansi tapi tidak ditepati. William J. Stanton, menyatakan: Konsumerisme adalah suatu tindakan dari individu atau organisasi konsumen, lembaga pemerintah dan perusahaan sebagai jawaban ketidakpuasan yang diterima dalam hubungan dengan jual beli. Melalui konsumerisme ini, masyarakat mengharapkan para pengusaha berprilaku baik, etis dalam berbinis, tidak berusaha menipu, tidak menjual dengan iklan berlebihan dan sebagainya. Konsumerisme menyangkut dua hal:
1)        Proses terhadap ketidakpuasan, ketidakadilan yang diterima konsumen
2)        Mengusahakan untuk memperbaiki keadaan menjadi lebih baik.
Adanya gerakan konsumen  ini, menimbulkan jawaban positif dari pihak produsen, dan dari pihak pemerintah. Jawaban positif tersebut dalam bentuk:
1)        Pendidikan konsumen, para produsen berusaha mendidik masyarakat, dengan mengeluarkan brosur, buletin, yang memuat informasi tentang barang yang dijual, cara pengginaan.
2)        Pemberian jaminan, sampai waktu tertentu bila ada kerusakan, akan diberi barang  pengganti, reparasi gratis, spare-part gratis, dsb.
3)        Lembaga konsumen, membantu menampung keluhan-keluhan konsumen, dan memperjuangkannya kepihak produsen dan pemerintah.
4)        Pemerinah, akan mengeluarkan berbagai peraturan untuk melindungi keselamatan konsumen,seperti pada bunhkus rokokdan iklan rokok dittulis 'merokok tidak baek untuk kesehatan anda, makanan ini tidak memakai zat pewarna atau zat pengawet, hewan harus dipotong diruamh potong hewan milik pemerintah dsb. Khusus buat makanan dan minuman yang dijual untuk masyarakat musli, diharuskan memakai label halal, produknya diperiksa lebih dulu secara teliti, apkah tidak mengandung bahan-bahan yang diharamkan untuk dikonsumsi oleh umat Islam.
6.         Masalah Polusi
Green marketing adalah mendesain kegiatan marketing untuk melestarikan lingkungan, agar menimbulkan citra baik terhadap perusahaan. Usaha melestarikan lingkungan ini bisa berbentuk kegiatan menanam pohon dilingkungan perusahaan, mengolah air limbah sebelum dibuang ke selokan/sungai, memberi filter udara pada cerobong asap pabrik, mengurangi kebisingan suara mesin, dengan memasang alat peredam suara, mengurangi polusi tanah, dengan recycling atau mengolah kembali sampah yang dihasilkan pabrik dsb.
7.         Budaya Perusahaan
Budaya perusahaan ialah karakteristik suatu orrganisasi perusahaan yang mencangkup pengalaman, cerita, kepercayaan dan norma-norma bersama yang dianut oleh seluruh jajaran perusahaan. Misalnya pada sebuah perusahaan dapat kita lihat, bagaimana karyawannya berpakaian, berbicara, melayani tamu, pengaturan kantor, dsb.
Oleh sebab itu pengembangan budaya perusahaan harus dilakukan, karena sanggat bermanfaat untuk meningkatkan of identity, sense of belonging, komitmen bersama. stabilitas internal perusahaan, pengendalian sifat-sifat yang kurang baik, dan akhirnya akan menjadi pembeda satu perusahaan dengan perusahaan lain, dan akhirnya akan menimbulkan cerita tersendiri bagi kemajuan perusahaan.

your advertise here

This post have 0 komentar

Next article Next Post
Previous article Previous Post