BAB XIII
MANAJEMEN LEMBAGA PELAYANAN SOSIAL
Kegiatan Belajar @100 Menit
Program
pmberdayaan masyarkat umumnya tidak dilakkan dalam seting lembaga pelayanan
sosial. Namun demikian, sebagaiman pembahasan mengenai pengembangan masyrakat,
pemahaman menegnai karakteristik dan dinamika lembaga pelayanan sosial
merupakan piranti penting dalam proses pengembangan masyarakat. Dalam hal ini
membahas tentang manajemen standar mutu pelayanan lembga sosial. Tinjauan akan
difokuskkan pada aspek perancangan dan pengontolan standar pelayanan lembaga
kesejahteraan atau panti soial.
A. Deskripsi
Singkat Mata Kuliah
Mata
kuliah ini memberikan kemampuan kepada mahasiswa untuk memahami tentang strategi dan teknik pemberdayaan masyarakat
B.
Kegunaan/Manfaat Mata Kuliah
Dengan
adanya mata kuliah Strategi dan
Teknik Pemberdayaan Masyarakat diharapkan mahasiswa
menjadi lebih kompeten dan lebih profesional dalam : manajemen standar mutu pelayanan lembaga sosial
C.
Standar Kompetensi
Mata Kuliah
Standar
kompetensi mata kuliah Strategi dan Teknik Pemberdayaan Masyarakat adalah mahasiswa mampu memahami tentang pemberdayaan masyarakat meliputi : Total Quality Management, mengkaji kulaitas pelayanan, startegi
pengembangan pelayanan .
D.
Susunan Urutan Bahan
Ajar
-
Total Quality Management
-
Mengkaji kualitas pelayanan
-
Strategi pengembangan pelayanan
E. Petunjuk Bagi Mahasiswa
Mahasiwa dapat mempelajari bahan ajar (modul) ini dan
membaca referensi yang direkomendasikan sebagai buku acuan yang sudah
ada.
A.
Kompetensi Dasar dan Indikator
No
|
Kompetensi
Dasar
|
Indikator
|
1.
|
Memahami manajemen lembaga pelayanan social
|
-
Menjelaskan tentang total quality management
-
Mampumenjelasakan tentang Mengkaji kualitas pelayanan
-
Mampu menelasakn tentang Strategi pengembangan pelayanan
|
B. Diskripsi Singkat
Mata kuliah ini memberikan kemampuan kepada mahasiswa
untuk memahami tentang startegi dan teknik
pemberdayaan masyarakat meliputi Total Quality
Management, mengkaji kulaitas pelayanan, startegi pengembangan pelayanan
C. Materi
1. Total Quality Manajement
Pelayanan
panti kesejahteraan sosial di Indonesia cenderung masih konvensional dalam arti
pelauanana uyang diberikan masih bersifat “rutin|” dan belum dapat disesuaikan
dengan tuntutan kekinian. Pada lembaga atau panti pelayanan anak, mislanya,
masalhyang ditangani umumnya masih berkisar pada isu penelantaran anak (child
neglect). Sementara itu isu-isu seperti anak jalanan, pekerja anak (khususu
bentuk-bentuk terburuk pekerja anak atau the worst from of child labour), serta
berbagai bentukbentuk perlakuan salah terhadap anak masih belum mendapatkan
perhatian yang memeadai. Kondisi ini antara lain disebabkan oleh masih
rendahnya kompetisi professional dintara lembaga. Hhampir semua program pamti
pemerintah lebih bersandar pada perencanaan dan anggaran “tetap” yang bersifat
top-down buka pada hasil “pelelangan program” yang bersifat bottom up,
kompetensi transparan. Hal ini berbeda dengan LSM, misalnya, dimana kompetisi
program pelayanan merupakan kunci survivalitas lembaga yang bersangkutan .
artinya, hanya LSM yang mampu menyusun dan melaksanakan program pelayanan
sosial yang terbaik sajalah yang akan bertahan hidup. Belakangan ini, berbagai organisasi
menyadari bahwa untukmeningkatkan kompetisi dalam persaingan global, kualitas
produksi harus mendapat perjatian serius (Zastrow, 1999). Untuk tujuan
tersebut, organisasi laba maupun nirlaba, temasuk lembaga pelayanan sosial
serimg menerapkan pendekatan manajemen kuallitas total yang dikenal dengan
istilah total quality management yang dikembangkan oleh Edwards Deming tahun
1986. Omachonu dan ross (zastrow, 1999) mendefinidsikan QTM sebagai: integrasi
segenap fungsi-fungsi dan proses-proses dalam sebuah organisasi untuk mencapai
peningkatan kualitas barang dan pelayanan secara berkelanjutan. Tujuabbya adal
kepuasan pelanggan atau klien. QTM merupakan pendekatan system yang
segenap interaksi antara berbagai elemen organisasi. QTM menekankan bahwa
kepuasan klilen adalah tujuan utama organisasi. Karenanya kebutuhan dan
keperluan harus dimonittor terus-menerus.
2. Mengkaji Kualitas Pelayanan
Secara
lebih oprasional, mengkaji kualitas pelayanan sebuah lembaga pelayanan sosial
tidak dapat dipisahkan dari penilaian terhadap system kelembagaan secara
keseluruhan. pendekatan penilaian ini dinamakan sebagai system keseluruhan. Secara
sederhana pendekatan ini melibatkan penelaahan terhadap tiga komponen sub-sitem
kelembagaan yang meliputi masukan (Input), Proses (Process) dan keluaran
(Output) (sheafor, Horejsi 2000). karenanya diutamakan sebagai model MPK
(Masukan-Proses-Keluaran)
1.
Masukan adalah karekateristik kelembagaan, termasuk
sumber-sumber atau sarana dan prasarana yang dimiliki oleh panti, yang
mendukung efektifitas lembaga dalam memeberikan pelayanan dan mencapai
tujuan-tujuan organisasi. Ada 4 elemen penting yang perlu diperhatikan dalam
mengontrol atau menilai factor masukan (input) sebuah lembaga
a.
Availability : apakah stake holder atau pihak-pihak yang
berkepentingan (sponsor, konstituen, klien) menilai bahwa jumlah dan jenis
pelayanan yang diberikan lembaga sudah cukup tersedia untuk memenuhi kebuuhan
klien dan masyrakata sekitar? Apakah jumlah dan kriteria sara dan staf panti
sudah sesuai dengan jenis panti (panti asuhan, TPA)?
b.
Accessibility : apakah lokasi, biaya, dan waktu pelayanan
mudah dijangkau oleh klien dan kelompok sasaran? Adakah kelompok-kelopmok lain
yang potesnial menjadi klien lembaga yang dapat memeproleh pelayanan?
c.
Responsivess : apakah prosedur lembaga dan pelayanannyadapat
respon kebutuhan masyrakat dan isu-isu public?
d.
Relevance : apakah jenis dan teknologi pelayanan lembaga
sudah sesuai dengan kebutuhan klien?
2.
Proses adalah segenap prosedur yang diterapkan lembaga dalam
memberikan pelayanan terhadap klien. Dua factor dibawah ini bisa dijadikan
pedoman dalam menilai proses pelayanan lembaga.
a.
Productivity: apakah sumber-sumber yang digunakan untuk
mencapai tujuan lembaga telah sejalan dengan prinsip efesiensi?
b.
Performance : apakah prilaku-prilaku kerja pegawai lembaga
telah sesuai dengan standar professional?
3.
Keluaran adalah karakteristik klien pada saat kasus ditutup
atau pada saat lembaga selesai memberikan pelayanan terhadap klien. Kata kunci
untuk menilai keluaran lembaga adalah efektivitas program pelayanan
a.
Service effectiveness : apakah pelayanan yang diberikan
lembaga terhadap klien secara kausal berkaitan dengan pencapaian tujuan
lembaga?
3. Staregi pengembangan pelayanan
Setelah
karaketristik lembaga, proses dan keluaran pelayanan, dan tugas-tugas manajemen
diketahui, strategi apa yang dapat dilakukaj untuk meningkatkan kualitas
pelayanan lembaga? Mengacu pada sheafor, horejsi (2000), sedikitnya ada tiga
strategi yang layak digunakan;
1.
Lakukan analisis SWOPA untuk menghimpun gagagsan dan
kreativitas penegmbangan lembaga: adapun kepanjangan dari SWOPA adala
a.
Strength (kekuatan)
b.
Weaknesses (kelemahan)
c.
Opportunities (kesempatan)
d.
Problems (masalah)
e.
Action (tindakan)
SOAL
1.
Ada 4 elemen penting yang perlu diperhatikan dalam
mengontrol atau menilai factor masukan (input) sebuah lembaga. Sebutkan 4
dan jelaskan 4 element tersebut !
2.
Dalam melaksanakan pengembangan
pelayanan program dimasyarakat dibutuhkan analisis SWOPA. Sebutkan dan jelaskan
apa akronim dari SWOPA tersebut !
DAFTAR PUSTAKA
Suharto Edi (2014). Membangun
Masyarakat memberdayakan Rakyat kajian Strategis Pembangunan Kesejahteraan
Sosial & Pekerjaan Sosisal. Bandung. Reflika Aditama
This post have 0 komentar