-->

Monday, 12 November 2018

author photo
BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Pelatihan  merupakan sesuatu yang sangat penting dalam  pengembangan sumber daya manusia, karena melalui pelatihan akan mengasah bakat dan dapat menggali potensi yang ada pada diri setiap individu. Dengan kata lain sumber daya manusia sesuatu yang esensial bagi tiap-tiap individu. Pelatihan adalah  suatu kegiatan peningkatan kemampuan karyawan atau pegawai dalam suatu institusi, sehingga pelatihan adalah suatu proses yang akan melahirkan suatu perubahan perilaku itu bagi karyawan atau pegawai. Secara kongkrit perubahan perilaku itu berbentuk peningkatan kemampuan dan sasaran atas karyawan yang bersangkutan. Kemampuan ini memerlukan pelatihan dan dalam proses pelatihan  mencakup antara lain kurikulum,  organisasi pelatihan, peraturan-peraturan,  metode belajar mengajar, dan tenaga pengajar atau pendidik atau pelatih itu sendiri.
Pengelolaan program pelatihan tidak jauh berbeda dengan pengelolan sebuah proyek atau program tertentu. Akan tetapi, seringkali pengelolaan program pelatihan dianggap sebagai suatu yang sederhana hingga banyak dikesampingkan. hal ini ditengarai dengan tingkat keseriusan dan komitmen" berbagai pihak banyak pihak lebih memperhatikan dan lehih menguntungkan "mengelola proyek fisik dari pada "proyek pengembangan sumher daya manusia melalui program pelatihan di samping itu, tercermin pula dalam "penyediaan atau alokasi dana" yang relatif kecil untuk komponen pelatihan, baik pelatihan bagi staf maupun pelatithan bagi kelompok sasaran.

B.     Rumusan Masalah
a.       Apa saja prinsip-prinsip dalam pengelolaan pelatihan?
b.      Bagaimana prosedur pengelolaan pelatihan?
c.       Bagaimana strategipelatihan?
C.    Tujuan
a.       Untuk mengetahui sistem pengelolaan pelatihan yang terstruktur
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A.    Prinsip-prinsp pelatihan
Dalam pengembangan sumber daya manusia, tetap ada prinsip-prinsip pelatihan yang tetap menjadi acuan pada saat memberikan pelatihan.terdapat suatu proses yang rumit pada saat peserta pelatihan memperoleh keterampilan atau pengetahuan baru yang belum pernah diketahui oleh peserta sebelumnya.
Prinsip-prinsip yang harus diperhatikan dalam pelatihan agar hasil pelatihan diperoleh lebih baik adalah sebagai berikut:
1.      Motivasi, semakin tinggi motivasi karyawan untuk melakukan pelatiohan, maka akan semakin cepat mempelajari keterampilan dan pengetahuan baru.
2.      Metode pelatihan, metode yang diberikan harus sesuai dengan jenbis pelatihan yang diadakan.karena metode yang diberikan sangat berpengaruh terhadap hasil yang akan dicapai.
3.      Perbedaan individu, harus disadari bahwa tiapkaryawan itu beda satu ama lain, baik dari segi sifat, tingkah laku bentuk badannya, maupun bentuk pekerjaanya.oleh karan itu pelatihjan yang diberikan supaya lebih efektif hendaknya menyesuaikan kecepatan dan kerumitan kemampuan masing-masing individu.
4.      Praktek, memperaktekkan apa yang sudah dipelajari adalah sangat penting. Sebisa mungkin karyawan yang dilatih dapat memperaktekkan keterampilan tersebut pada suasana pekerjaan yang sebenarnya, sehingga dengan adanya praktek maka karyawan akan benar-benar memahami pelatihan yang telah diikutinya dan tidak menjadi sia-sia.
5.      Efektif dan efisien, pelatihan yang akan dilaksanakan harus efektif dari segi pembiayaan supaya tidak terjadi pemborosan yang seharusnya di hindari. Oleh karena itu pelatihan harus sesuai dengfan kebutuhan karyawan.

B.     Prosedur Pengelolaan Pelatihan
Sebagai suatu proses, istilah manajemen atau pengelolaan pelatıhan berdampingen dengan trisula aktivitas, yakni (a) perencanaan, (b) pelaksanaan, dan (c) evaluasi (Davies, 1976). Dari ketiga komponen tersebut dapat dikembangkan menjadi beberapa langkah kegiatan bergantung pada pendekatan yang digunakan. Di antara kita telah berpengalaman dalam mengeloia "suatu kegiatan", baik sebagai Pimpinan Proyek (PIMPRO maupur sebagai salah satu staf organisasi Pada dasarnya Mengelola Pelatihan (Managing Training) tidak ada bedanya dengan Mengelola Proyek yang sudah kita kenal selama ini.
Prosedur pengelolaan pelatihan secara hierarkis dapat diuraikan sebagai berikut:
1.      Identifikasi dan Analisis Kebutuhan Pelatihan
2.      Menguji dan Analisis Jabatan dan Tugas
3.      Klasifikasi dan Menentukan Peserta Pelatihan
4.      Rumuskan Tujuan Pelatihan
5.      Pendesainan Kurikulum dan Silabus Pelatihan
6.      Perencanaan Program Pelatihan
7.      Penyusunan dan Pengembangan Kerangka Acuan
8.      Pelaksanaan Program Pelatihan
9.      Evaluasi Program Pelatihan
10.  Tindak Lanjut Pelatihan

C.    Strategi Pelatihan
Salah satu faktor yang ikut menentukan efektivitas pelaksanaan program pelatihan adalah ketepatan penggunaan strategi atau teknik pelaksanaan pelatihan. Akan tetapi. pemilihan strategi bukan pekerjaan yang mudah karena tidak ada strategi yang tepat untuk berbagai situasi. Penggunaan strategi pelatihan bergantung waktu, tempat, bahan, dan peserta pelatihan.
Zaltman (1977) menyebutkan empat strategi pelatihan, yakni:
1.      Strategi fasilitatif
2.      Reedukatif
3.      Persuasif (bujukan)
4.      Strategi paksaan
Dałam pelaksanaan pelatihan perlu diperhatikan hubungan antara pelatih dan peserta. latihan. Hubungan di antara keduanya dapat berupa hubungan interaktif, proakif, dan reaktif. Hubungan interaktif menunjukkan kerjasama yang harmonis antara pelatih dan peserta. hubungan proaktif menunjukkan petatih lebih berinisiatif, dan hubungan reaktif menunjukan peserta lebih responsive.

D.    Menyiapkan Ruang Pembelajaran DIKLAT
Dalam sebuah acara diklat. sering terjadi bahwa peserta diklat yang datang dalam forum tersebut memhawa motif yang beragam. Ada yang hadir sebagai peserta karena memang sekedar mencari kesempatan untuk rutinitas kerja di lembaganya masing-masing. ada yang sekedar diperintah oleh pimpinannya, ada yang memang merasa membuthkan materi yang akan diperoleh melalui kegiatan diklat.
Berikut ini beberapa halyang perlu di ketahui dalam  menyiapkan ruang pembelajaran DIKLAT sebagai berikut:
1.      Fungsi ruang Diklat
Tempat adalah salah satu prasayarat dari suatu aktivitas tertentu. Tempat atau ruangan merupakan hal yang harus disiapkan dalam sistem pelatihan. Sebagaimana sarana dan prasarana lainnya, tempat dan ruangan disiapkan dalam rangka mendukung tercapainya tujuan kegiatan diklat yang telah direncanakan. Ruangan untuk dikalat tidak sama seperti ruang kantor lainya. Ruangan untuk diklat adalah ruangan yang secara fisiologis dan psikiologis dapat membantu tercapainya situasi yang kondusif (Sugiyono, 2002).
2.      Pengelolaan tempat atau ruang Diklat
Pada tahap ini penentuan suatu tempat pelaksanaan diklat biasanya lebih di pengaruhi oleh tujuan, sifat, waktu pelaksanaan, dan anggaran diklat. Pada pengelolaan tempat atau ruang Diklat ada beberapa hal yang harus dipersiapkan antara lain:
Ø  Perencanaan, tujuan diklat yang bersifat teknis kemahiran atau pengorganisasian alat, mesin, atau metode tertentu yang pastinya akan lebih tepat bila direncanakan sebaik mungkin mulai dari konsep dan persiapan alat serta bahan pelatihan.
Ø  Pengorganisasian, pengorganisasian tempat yang digunakan untuk pelatihan sangat berkaitan dengan materi Diklat terutama materi diklat yang menggunakan fasilitas ruangan lebih dari satu ruangan.
Ø  Pelaksanaan, pada tahap ini seluruh aktivitas tertuju pada proses belajar mengajar (pelatihan) dapat selektif mungkin tercapai sesuai dengan tujuan yang dikehendaki. Untuk itu, kordinasi antara penanggung jawab tempat memiliki peran penting dalam proses pelaksanaan diklat
Ø  Pengontrolan, pengontrolan idealnya dilakukan sejak merencanakan dimana diklat dilaksanakan. Namun demikian, control sarana dan prasarana lebih diitensifkan pada saat menjelang dan berlangsungnya diklat.
3.      Kriteria ruanagn Diklat
Untuk mendukung tujuan dan kebutuhan diklat, maka tempat atau ruangan yang akan digunakan perlu memperhatikan beberapa kriteria yaitu: fleksibilitas, isolasi, pencahayaan, dan ventilasi.
Ø  Fleksibelitas, tingkat kemudahan dan kecepatan dalam mengatur ruangan sesuai dengan kebutuhan pembelajaran, ruangan akan berubah pengaturannya jika digunakan untuk tujuan penyampaian materi pelajaran dengan tugas kelompok. Salah satu unsure fleksibelitas adalah luasnya ruangan .
Ø  Isolasi, ruangan harus bebas dari pengaruh suara yang ramai, dan dapat meenimbulkan gangguan terhadap proses pembelajaran. Lingkungan diklat sebaiknya jauh ari tempat kerja, agar tidak memungkinkan dan memudahkan peseerta diklat untuk sering datang ke kantor atau dihubungi oleh kantornya.
Ø  Pencahayaan, sebaiknya pencahayaan ruanagn kelas dapat diatur terang dan gelapnya. Ruangan akan membutuhkan pencahayaan yang lebih jika digunakan untuk kegiatan menulis, menggambar, dan demontrasi, atau kegiatan yang memerlukan pengamatan tinggi.
Ø  Ventilasi, berfungsi mengatur kecukupan udara, suhu, udara, dan uap air sehingga tercipta suasanya yang nyaman untuk melakukan pembelajaran pelatihan.
4.      Pengaturan ruang kelas dan tempat duduk
Pengaturan ruang kelas dan tempat duduk rmempengaruhi jalannya dirkusi, dan pada gilirannya mempengaruhi pula munculnya pola kepemimpinan dalaim kelompok yang dapat mengefektifkan hasil dari tujuan pembelajeran.
Pengaturan tempat duduk tergantung pada jenis pelatihan yang diselenggarakan, pengaturan tempat duduk disesuaikan dengan tingkat keformalan sebuah pelatihan dan mempengaruhi juga terhadap komunikasi dua arah.
Bentuk pengaturan ruang kelas yang lazim digunakan dalam sebuah pelatrihan adalah bentuk U, Kipas, konferensi, dan lingkaran.



your advertise here

This post have 0 komentar

Next article Next Post
Previous article Previous Post