-->

Sunday 13 November 2016

author photo


BAB I
PENDAHULUAN

a.     Latar belakang

 Secara historis, teori Dependensi lahir atas ketidakmampuan teori Modernisasi membangkitkan ekonomi negara-negara terbelakang, terutama negara di bagian Amerika Latin. Secara teoritik, teori Modernisasi melihat bahwa kemiskinan dan keterbelakangan yang terjadi di negara Dunia Ketiga terjadi karena faktor internal di negara tersebut. Karena faktor internal itulah kemudian negara Dunia Ketiga tidak mampu mencapai kemajuan dan tetap berada dalam keterbelakangan.
 Paradigma inilah yang kemudian dibantah oleh teori Dependensi. Teori ini berpendapat bahwa kemiskinan dan keterbelakangan yang terjadi di negara-negara Dunia Ketiga bukan disebabkan oleh faktor internal di negara tersebut, namun lebih banyak ditentukan oleh faktor eksternal dari luar negara Dunia Ketiga itu.

b.      Rumusan masalah
1.      Apa teori tentang moderenisasi klasik?
2.      Apa teori tentang teori dependensi klasik?
3.      Apa teori tentang dependensi baru?


BAB III
PEMBAHASAN
A.    Teori moderenisasi klasik

Modernisasi merupakan suatu proses perubahan yang menuju pada tipe sistem-sistem sosial, ekonomi, dan politik yang telah berkembang di Eropa Barat dan Amerika Utara pada abad ke-17 sampai 19.
Klasik adalah suatu keadaan dimana sistem keadaan ekonomi, sosial, dan budaya masih sederhana dan belum mempunyai sifat atau ciri yang bernuasa teknologi.
Jadi moderenisasi klasik adalah suatu proses perubahan pola pikir pada sistem sosial, ekonomi, budaya dan poliktik menuju kearah yang lebih berkembang namun dalam konteks tidak meninggalkan hal-hal yang sudah ada serta memilah terlebih dahulu untuk diasumsi.

Sejarah Lahirnya
Teori modernisasi lahir akibat adanya produk tiga peristiwa pennting dunia setelah masa Perang Dunia II, yaitu :
1.      munculnya Amerika Serikat sebagai negara adidaya yang menjadi pemimpin dunia sejak pelaksanaan Marshall Plan yang dilakukan untuk membangun kembali Eropa Barat akibat Perang Dunia II.
2.      Pada saat yang hampir bersamaan, terjadi perluasan gerakan komunis sedunia. Uni Soviet memperluas politiknya ke Eropa Timur bahkan Asia. Maka AS berusaha memperluas politiknya dibelahan dunia lain untuk membendung penyebaran ideologi komunis.
3.      Lahirnya negara merdeka baru di Asia, Afrika, dan Amerika Latin. Negara ini mencari model pembangunan untuk pembangunan ekonominya dan politiknya, sehingga AS memfasilitasi negara-negara ketiga ini.
Dengan bantuan yang berlimpah dari pemerintah AS dan organisasi swasta disegala bidang maka satu aliran pemikiran antardisiplin yang tergabung dalam ajaran modernisasi sedang terbentuk pada tahun 1950-an tersebut. Karya kajian teori modernisasi merupakan industry yang tumbuh segar sampai pertengahan 1960-an. Oleh karena itu karya kajian teori modernisasi dikategorikan sebagai satu aliran pemikiran tersendiri.
Warisan Pemikiran
      Dalam usahanya menjelaskan persoalan pembangunan negara-negara Dunia Kteiga, perspektif ini banyak menerima warisan pemikiran dan teori evolusi dan teori fungsionalisme. Ini terjadi karena pengaruh teori evolusi dan teori ini telah terbukti mampu membantu menjelaskan proses masa peralihan dari masyarakat tradisional ke masyarakat modern, dan mampu menjelaskan tujuan negara Dunia Ketiga.

Teori-teori moderenisasi klasik

Teori Evolusi
      Teori Evolusi lahir pada awal abad ke-19 sesudah Revolusi Industri dan Perancis. Revolusi ini benar-benar merubah sendi-sendi kehidupan dan meningkatkan produktivitas barang yang lebih efisien dan perluasan pasar dunia. Pada garis besarnya teori evolusi menggambarkan perkembangan, yaitu :
1.      Teori evolusi menganggap perubahan sosial merupakan gerakan searah seperti garis lurus. Masyarakat berkembang dari masyarakat primitive menuju masyarakat maju dan kelak suatu saat dalam masa peralihan yang sangat panjang dunia akan menjadi masyarakat maju.
2.      Teori evolusi membaurkan antara pandangan subjektifnya tentang nilai dan tujuan akhir perubahan sosial, dan didalam teori ini terdapat apa yang disebut kemajuan, kemanusiaan, dan siviliasi. Perubahan sosial yang dijalani bersifat perlahan dan bertahap dari masyarakat sederhana ke masyarakat modern

Teori Fungsionalisme
Menurut Talcott Parsons, masyarakat manusia tak ubahnya seperti organ tubuh manusia.
1.      Struktur manusia yang memiliki berbagai bagian yang saling berhubungan satu sama lain, Oleh karena itu masyarakat juga memiliki berbagai kelembagaan yang saling terkait dan tergantung satu sama lain, dan Parsons menggunakan konsep sistem untuk menggambarkan koordinasi harmonis antarkelembagaan tersebut.
2.      Setiap tubuh manusia memiliki fungsi yang jelas dan khas, maka juga dengan kelembagaan masyarakat, seperti lembaga dalam msyarakat melaksanakan tugas tertentu untuk kestabilan dan pertumbuhan masyarakat tersebut.
Namun demikian teori ini sering disebut konservatif, karena menganggap bahwa masyarakat akan selalu berada pada situasi harmoni, stabil, seimbang, dan mapan. Berikutnya Parsons merumuskan konsep faktor kebakuan dan pengukur, dalam rangka menjelaskan perbedaan masyarakat tradisional dan modern. Selanjutnya dalam kaitannya dengan hal tersebut, ada hubungan kecintaan dan kenetralan. Mayarakat tradisional cenderung memilih hubungan kecintaan sementara masyarakat modern memilih kenetralan. Parsons lalu juga merumuskan kekhususan dan berjarak, masyarakat tradisional cenderung berhubungan dengan anggota masyarakat dari satu kelompok tertentu sehingga ada rasa kebersamaan, sementara masyarakat modern berhubungan satu sama lain dengan batas norma-norma universal.



Smelser:Diferensiasi Struktural
      Baginya modernisasi akan selalu melibatkan diferensiasi struktural. Ini terjadi karena dengan proses modernisasi, ketidakteraturan struktur masyarakat yang menjalankan berbagai fungsi sekaligus akan dibagi dalam substruktur untuk menjalankan satu fungsi yang lebih khusus. Bangunan baru ini sebagai satu kesatuan keseluruhan fungsi yang dilakukan oleh bangunan struktur lama. Perbedaanya, stelah adanya diferensiasi struktural, pelaksanaan fungsi akan dapat dijalankan secara efisien. Lalu ia juga berpendapat bahwa sekalipun diferensiasi struktural telah meningkatkan kapasitas fungsional kelembagaan, namun juga menimbulkan masalah bau, yakni masalah integrasi yang berupa pengkoordinasian aktivitas berbagai lembaga baru tersebut. Menurut Smelser kurangnya koordinasi dari berbagai struktur ini akan mengakibatkan kerusuhan sosial. Kekacauan ini akan menyebabkan agitasi politik damai sampai pada kerusuhan dengan kekerasan, atau bahkan terjadi perang geriliya dan revolusi sosial. Ini terjadi karena adanya sebagian masyarakat yang tidak terlibat dalam proses diferensiasi struktural.
      Secara singkat Smelser menguraikan penjelasannya untuk menguji pembangunan negara Dunia Ketiga dengan menggunakan konsep diferensiasi struktural. Dengan mengkaitkan akibat diferensiasi struktural, permasalahan integrasi sosial, dan kemungkinan timbulnya kerusuhan sosial, Smelser menunjuk bahwa modernisasi tidak harus merupakan satu proses yang lancer dan harmonis. Dengan kata lain, kerangka teori yang dibangun Smelser selain menunjukan proses mosernisasi juga memberikan alat bantu analisa untuk menguji akibat samping modernisasi itu sendiri, khususnya dinegara Dunia Ketiga.




B.     Teori dependensi klasik

          Teori modernisasi, klasik maupun temporer, melihat pemasalahan pembangunan lebih banyak dari sudut kepentingan Amerika Serikat dan negara maju lainnya. Sedangkan teori depedensi memiliki posisi yang sebaliknya. Teori ini lebih menitikberatkan pada persoalan keterbelakangan dan pembangunan negara Dunia Ketiga. Dalam hal ini, dapat dikatakan bahwa teori depedensi mewakili “suara negara-negera pinggiran” untuk menentang hegemoni ekonomi, politik, budaya dan intelektul dari negara maju.
          Pendekatan depedensi pertama kali muncul di Amerika Latin. Pada awal kelahirannya teori ini lebih merpakan jawaban atas kegagalan program yang dijalankan oleh Komisi Ekonomi Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Amerika Latin pada masa awal tahun 1960-an. Pada tahun 1950-an banyak pemerintahan di Amerika Latin mencoba untuk menerapkan strategi pembangunan dari KEPBAL yang menitikberatkan pada proses industrialisasi melalui program industrialisasi substitusi impor (ISI) yang diharapkan memberikan keberhasilan berkelanjutan pada pertumbuhan ekonomi, pemerataan hasil pembangunan dan kesejahteraan rakyat serta pembangunan politik demokratis. Namun strategi ini mengalami kegagalan sehingga mengakibatkan timbulnya perlawanan rakyat dan tumbangnya pemerintahan yang populis dan kemudian digantikan oleh pemerintahan yang otoriter.
          Sejak awal garis kebijaksanaan KEPPBBAL ini diterima dengan tidak antusias oleh Pemerintah Amerika Latin. Keengganan ini merupakan salah satu sebab mengapa KEPBBAL tidak mampu merealisasikan beberapa gagasan lainnya yang lebih radikal, diantaranya termasuk program pembagian tanah. Sayangnya program KEPBBAL ini tidak berhasil. Stagnasi ekonomi dan represi politik muncul dipermukaan pada tahun 1960-an. Dalam hal ini ditunjuk dan dijelaskan berbagai kelemahan dan kebijaksanaan industralisasi subsitusi impor (ISI) yang dijalankan oleh Amerika Latin. Daya beli masyarakat terbatas pada kelas sosial tertentu, pada pasar domestik ternyata tidak menunjukkan gejala ekspansi setelah kebutuhan barang dalam negeri tersedia. Ketergantungan terhadap impor hanya sekedar beralih dari barang-barang konsumsi ke barang-barang modal. Barang-barang ekspor konvensional tidak terperhatikan dalam suasana hiruk pikuk industrialisasi. Akibatnya adalah timbulnya masalah-masalah yang akut pada neraca pembayaran, yang muncul hampir bersamaan waktunya, disatu negara diikuti segera oleh negar yang lain. Optimisme pertumbuhan berganti depresi yang mendalam.

Neo-Marxisme
Teori dependensi juga memiliki warisan pemikiran dari neo-marxisme. Keberhasilan Revolusi RRC dan Kuba telah membantu tersebarnya perpaduan baru pemikiran-pemikiran Marxisme di universitas-universitas di Amerika Latin, yang kemudian menyebabkan lahirnya generasi baru, yang dengan lantang menyebut dirinya sendi dengan “Neo-Marxists”. Menutur Foster-Carter, neo-marxisme berbeda dengan Marxis ortodoks dalam beberapa hal sebagai berikut:
Marxis ortodoks melihat imperialisme dari sudut pandang negara-negara utama (core countries), sebagai tahapan lebih lanjut dari perkembangan kapitalisme di Eropa Barat, yakni kapitalisme monopolistic, neo-marxisme melihat imperialisme dari sudut pandang negara pinggiran, dengan lebih memberikan perhatian pada akibat imperilalisme pada negara-negar dunia ketiga.
Marxis ortodoks cenderung berpendapat tentang tetap perlu berlakunya pelaksanaan dua tahapan revolusi. Revolusi borjuis harus terjadi lebih dahulu sebelum revolusi sosialis. Marxis ortodoks percaya bahwa borjuis progresif akan terus melaksanakan revolusi borjuis yang tengah sedang berlangsung dinegara Dunia Ketiga dan hal ini merupakan kondisi awal yang diperlukan untuk terciptanya revolusi sosialis dikemudian hari. Dalam hal ini neo Marxisme percaya, bahwa negara Dunia Ketiga telah matang untuk melakukan revolusi sosialis.
Terakhir, jika revolusi soaialis terjadi, Marxisme ortodoks lebih suka pada pilihan percaya, bahwa revolusi itu dilakukan oleh kaum proletar industri di perkotaan. Dipihak lain, neo-Marxisme lebih tertarik pada arah revolusi Cina dan Kuba. Ia berharap banyak pada kekuatan revolusioner dari para petani di pedesaan dan perang gerilya tentara rakyat.

Frank : Pembangunan dan Keterbelakangan
          Menurut Frank, sebagian kategori teoritis dan implikasi kebijaksanaan pembangunan yang ditemukan di dalam teori modernisasi merupakan hasil sulingan dan saringan pengalaman kesejarahan negara-negara kapitalis maju di Eropa barat dan Amerika Utara. Dengan demikian, menurut Frank, kategori teoritis yang dirumuskan akan sangat berorientasi kepada “Barat” dan karenanya tidak akan mampu menjadi petunjuk untuk memahami masalah-masalah yang sedang dihadapi negara Dunia Ketiga.
          Teori modernisasi memiliki kekurangan karena ia hanya memberikan penjelasan internal sebagai penyebab pokok keterbelakangan Dunia Ketiga. Selain itu, teori modernisasi juga beranggapan bahwa negara-negara Dunia Ketiga tersebut kini sedang berada pada tahap awal pembangunan, oleh karena itu negara-negara terbelakang perlu melihat negara barat sebagai insprirasi dan mengikuti arah dan jalan pembangunan yang pernah ditempuh negara-negara barat. Menurut Frank, negara Dunia Ketiga tidak akan dapat dan tidak perlu mengikuti arah pembangunan negara-negara barat, karena mereka memiliki pengalaman kesejarahan yang berbeda.
          Sebagai reaksi atas penjelasan faktor internal dari teori modernisasi, Frank memberikan penjelasan faktor luar (external) untuk memahami persoalan pembangunan Dunia Ketiga. Bagi Frank, bukan feodalisme atau tradisionalisme yang menjadikan negara Dunia Ketiga terbelakang, sebaliknya karena kolonialisme dan dominasi asing maka terjadilah pembalikan sejarah dari perkembangan negara maju dan memaksanya untuk mengikuti arah perkembangan keterbelakangan ekonomi.
          Model satelit-metropolis menjelaskan bagaimana mekanisme ketergantungan dan keterbelakangan negara Dunia Ketiga mewujud. Model hubungan satelit-metropolis berlaku pada tingkat hubungan internasional, regional dan lokal dalam suatu negara Dunia Ketiga. Keseluruhan rangkaian hubungan satelit-metropolis dibangun untuk melakukan pengambilan surplus ekonomi dari daerah yang lebih kecil ke daerah yang lebih maju. Hal ini yang menyebabkan keterbelakangan di negara Dunia Ketiga.
          Berdasarkan model satelit-metropolis, Frank merumuskan hipotesa yang menarik untuk menguji pembangunan di Dunia Ketiga. Pertama, berlawanan dengan perkembangan yang terjadi pada metropolis dunia, yang tidak memiliki kota satelit sama sekali, pembangunan yang terjadi di metropolis nasional dan kota-kota yang lebih kecil di bawahnya akan dibatasi oleh status kesatelitannya. Kedua, negara satelit akan mengalami pembangunan ekonomi yang pesat apabila dan ketika mereka memiliki hubungan dan keterkaitan yang terendah intensitasnya dengan metropolis barat. Ketiga ketika metropolis bangkit dari krisis dan membangun kembali kekuatan ekonominya, proses industrialisasi yang telah terjadi pada negara-negara satelit ini akan ditarik dan dieksploitir kembali dalam hubungan global tersebut. Keempat, daerah yang paling terbelakang dan feodal sekarang ini adalah daerah yang memiliki derajat hubungan dan keterkaitan sangat dekat dengan metropolis di masa lampau.


Dos Santos : Struktur Ketergantungan
          Dos Santos menyatakan bahwa hubungan antara negara dominan dna negara tergantung merupakan hubungan yang tidak sederajat, karena pembangunan di negara dominan terjadi atas biaya yang dibebankan pada negara tergantung. Surplus ekonomi yang dihasilkan oleh negara tergantung mengalir dan berpindah ke negara dominan yang menyebabkan tidak dapat berkembangnya pasar dalam negeri, menghambat kemampuan teknik dan memperlemah keandalan budayanya. Intinya adalah tindakan pengawasan ketat dan monopoli oleh negara maju.
          Dos Santos merumuskan tiga bentuk utama ketergantungan yaitu ketergantungan kolonial, ketergantungan industri keuangan dan ketergantungan teknologi industri. Dalam konteks ini, Dos Santos melihat batasan struktural upaya pembangunan industri di negara Dunia ketiga. Pertama, pembangunan industri akan bergantung pada kemampuan ekspor karena hanya dengan jalan itu negara tergantung akan memperoleh devisa yang dapat digunakan untuk membangun ekonominya. Kedua, pembangunan industri negara Dunia Ketiga sangat dipengaruhi oleh fluktuasi neraca pembayaran internasional yang cenderung untuk defisit. Defisit terjadi karena monopoli ketat pasar internasional yang cenderung mengakibatkan rendahnya harga pasar bahan produk mentah yang dihasilkan negara Dunia Ketiga dibanding dengan produk industri, banyaknya keuntungan y ang diperoleh negara maju dari negara industri dan kebutuhan akan pembiayaan asing. Ketiga, pembangunan industri sangat kuat dipengaruhi oleh monopoli teknologi negara maju.

Amin: Teori Peralihan Kapitalisme Pinggiran
          Teori peralihan kapitalisme pinggiran Amin mengandung berbagai pernyataan pokok sebagai berikut. Pertama, peralihan kapitalisme pinggiran berbeda dengan peralihan kapitalisme pusat. Kedua, kapitalisme pinggiran dicirikan oleh tanda-tanda ekstraversi, yakni distorsi atas kegiatan usaha yang mengarah pada upaya ekspor. Ketiga, bentuk distorsi lain adalah apa yang dikenal dengan istilah hipertropi pada sektor tersier di negara pinggiran. Keempat, teori efek penggandaan investasi (multiplier effects of investment) tidak dapat diterapkan secara mekanis pada negara pinggiran. Kelima, tidak mencampuradukkan ciri-ciristruktural negara terbelakang dengan negara maju pada waktu negara maju tersebut berada dalam tahap permulaan perkembangannya dahulu. Keenam, keseluruhan profil kontradiksi struktural yeng telah dibuat tedahulu menyebabkan adanya ganjalan yang tak terhindarkan, yang mengahalngi pertumbuhan negara pinggiran. Ketujuh, bentuk khusus keadaan keterbelakangan negara kapitalis pinggiran dipengaruhi oleh karakteristik formasi sosial pada masa prakapitalisnya dan proses serta periode kapan negara pinggiran tersebut terintegrasi dalam sistem ekonomi kapitalis dunia.

Asumsi Dasar Teori Dependensi Klasik
          Para penganut aliran dependensi cenderung memiliki asumsi sebagai berikut. Pertama, keadaan ketergantungan dilihat dari satu gejala yang sangat umum, berlaku bagi seluruh negara dunia ketiga. Kedua, ketergantungan dilihat sebagai kondisi yang diakibatkan oleh “faktor luar”, sebab terpenting yang menghambat pembangunan karenanya tidak terletak pada persoalan kekurangan modal atau kekurangan tenaga dan semangat wiraswasta, melainkan terletak pada diluar jangkauan politik ekonomi dalam negeri suatu negara. Ketiga, permasalahan ketergantungan lebih dilihatnya sebagai masalah ekonomi, yang terjadi akibat mengalir surplus ekonomi dari negara Dunia Ketiga ke negara maju. Keempat, situasi ketergantungan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari proses polarisasi regional ekonomi global. Kelima, keadaan ketergantungan dilihatnya sebagai suatu hal yang mutlak bertolak belakang dengan pembangunan.

Implikasi Kebijaksanaan Teori Dependensi Klasik
          Secara filosofis, teori dependensi menghendaki untuk meninjau kembali pengertian “pembangunan”. Pembangunan tidak harus dan tidak tepat untuk diartikan sebagai sekedar proses industrialisasi, peningkatan keluaran (output), dan peningkatan produktivitas. Bagi teori dependensi, pembangunan lebih tepat diartikan sebagai peningkatan standar hidup bagi setiap penduduk dinegara Dunia Ketiga. Dengan kata lain, pembangunan tidak sekedar pelaksanaan program yang melayani kepentingan elite dan penduduk perkotaan, tetapi lebih merupakan program yang dilaksanakan untuk memenuhi kebutuhan dasar penduduk pedesaan, para pencari kerja, dan sebagian besar kelas sosial lain yang dalam posisi memerlukan bantuan. Setiap program pembangunan yang hanya menguntungkan sebagian kecil masyarakat dan membebani mayoritas masyarakat tidaklah dapat dikatakan sebagai program pembangunan sebenarnya.
Perbandingan Teori Dependensi dan Teori Modernisasi
          Kedua teori ini memiliki perhatian dan keprihatinan yang sama dalam mempelajari persoalan pembangunan Dunia Ketiga dan berupaya merumuskan kebijaksanaan pembangunan. Kedua teori ini juga memiliki semangat pemahaman dan pengkajian yang sama, pembahasannya abstrak serta mengembangkan struktur teori yang dwi-kutub.
Kedua teori ini berbeda dalam memberikan jalan keluar persoalan keterbalakangan negara Dunia Ketiga. Teori modernisasi menganjurkan untuk lebih memperat keterkaitan negara berkembang dengan negara maju melalui bantuan modal, peralihan teknologi, pertukaran budaya dan lain sebagainya. Dalam hal ini, teori dependensi memberikan anjuran yang sama sekali berbeda, yakni berupaya secara terus menerus untuk mengurangi keterkaitannya negara pinggiran dengan negara sentral, sehingga memungkinkan tercapainya pembangunan yang dinamis dan otonom, sekalipun proses dan pencapaian tujuan ini mungkin memerlukan revolusi sosialis.


C.    Teori dependensi baru

Sebagaimana dengan teori-teori lainnya, teori dependensi baru adalah kritikan atas teori dependensi klasik. Teori dependensi baru adalah teori yang muncul akibat adanya kritik terhadap teori dependensi. Beberapa tokoh yang termasuk dalam teori dependensi baru diantaranya; Fernando Henrique Cardoso, Thomas B Gold, Hagen Koo, dan Mohtar mas’oed.

Tanggapan Teori Dependensi : Rumusan Cardoso
            Menurut cardoso, terdapat tiga rumusan dalam teori “ketergantungan”. Yaitu pertama, metode historis struktural. Kedua, adanya pengaruh faktor ekstern dan faktor intern yang menjadi penyebab ketergantungan dan keterbelakangan. Dari sisi intern, fokus pada masalah ekonomi, sosial dan politik. Persoalan pembangunan yang ada di dunia tidak dapat dibatasi hanya pada industri substitusi impor, strategi pertumbuhan, orientasi ekspor atau tidak, pasar domestik atau dunia. Namun justru pada ada atau tidaknya gerakan kerakyatan dan kesadaran kepentingan politik rakyat. Dalam faktor ekstern, dominansi ekstern akan mewujud sebagai kekuatan intern. Ketiga, adanya kemungkinan bahwa pembangunan dan ketergantungan mewujud secara bersama yang memunculkan ketergantungan yang lebih dinamis.
Pada sisi yang lain, menurut cardoso terdapat beberapa dampak negatif dari teori dependensi, yaitu timpanganya distribusi pendapatan dan ketimpangan ekonomi lainnya. Orientasi pembangunan ekonomi pada barang-barang yang tahan lama yang tidak diperuntukkan rakyat banyak, akan menambah hutang luar negeri.
             Disamping itu, teknologi yang diterapkan pada dunia ketiga adalah teknologi yang padat modal, bukan padat karya. Hal ini akan menyebabkan ketimpangan, karena tidak menjadikan tumbuhnya sektor barang-barang modal

Thomas B Gold : Pembangunan dan ketergantungan Dinamis di taiwan
            Pendapat gold tentang dependensi baru menitikberatkan pada keajaiban pembangunan politik-ekonomi di Taiwan yang dulunya tergolong sebagai negara pinggiran, telah mampu mencapai pertumbuhan ekonomi dan kesentosaan politik yang lebih dari sekedar memadai. Dengan bantuan dari Amerika Serikat, KMT di Taiwan mengubah dirinya menjadi NBO (Negara Birokratik Otoriter). Industrialisasi merupakan program reformasi yang dilakukan untuk meningkatkan ekonomi. Gold menyimpulkan, bahwa jika negara dunia ketiga mampu secara selektif, hati-hati dan terencana membangun hubungan dengan tata ekonomi kapitalis dunia, maka tidak selalu menghasilkan keterbelakangan dan ketergantungan.

Hagen Koo: Interaksi antara Sistem Dunia, Negara dan Kelas di Korea
            Koo mencoba melihat pembangunan di Korea selatan dalam kontek yang terus menerus antar negara, kelas sosial dan sistem dunia serta pengaruh dari tiga unsur tersebut secara komulatif dan bersamaan.

Mohtar Mas’oed: Negara Birokarasi Otoriter di indonesia
            Negara Birokrasi Otokratik mempunyai beberapa cirti dan karakter diantaranya; Posisi puncak pemerintahan biasanya dipegang oleh organisasi militer, pemerintah atau pengusaha; Terdapat pembatasan partisipasi politik yang ketat (political exclusion); Terdapat pembatasan yang ketat dalam partisipasi ekonomi (economic exclusion); Terdapat depolitisasi dan demobilisasi masa. Secara ringkas, NBO dicirikan oleh adanya peran dominan para birokrat, khususnya militer yang melahirkan kebijaksanaan pembatasan partisipasi politik dan ekonomi serta muncul kebijaksanaan depolitisasi dan demobilisasi.
            Di Indonesia NBO lahir dikarenakan karena beberapa sebab, pertama adanya warisan krisis ekonomi dan politik yang terjadi pada tahun 1960-an. Pengaruh Soekarno masih dianggap mempunyai pengaruh yang kuat dan masih mempunyai pendukung yang tidak sedikit. Kedua adanya koalisi intern orde baru yang memaksa untuk segera melakukan restrukturisasi ekonomi secara radikal. Ketiga adanya orientasi ke luar yang dirumuskan oleh orde baru.
1.      Saat itu pendalaman industrialisasi, kebijaksanaan integrasi vertikal belum terjadi , Indonesia cenderumg masih dalam tahap awal pemulihan dari kehancuran, sehingga Mas’oed menyimpulkan untuk kasus indonesia lahirnya NBO lebih disebabkan karena faktor krisis politik. NBO di Indonesia mempunyai beberapa karakteristik yaitu;Pemerintah orde baru berada di bawah kendali militer secara organisatoris yang bekerjasama dengan teknokrat sipil
2.      Modal domestik swasta besar yang memiliki hubungan khusus dengan negara, dan modal internasional memiliki peran ekonomis yang sangat menentukan
3.      Hampir seluruh bentuk kebijaksanaan dari perencanaan sampai evaluasi sepenuhnya berada ditangan birokrat dan teknokrat
4.      Adanya kebijakan demobilisasi masa dalam bentuk kebijakan masa mengambang
5.      Dalam menghadapi penentangnya, orde baru tidak segan-segan melakukan tindakan tegas
6.      Besarnya otonomi dan peran kantor kepresidenan yang diwujudkan dengan sangat luanya wewenang kantor sekretariat negara, ini merupakan ciri khusus untuk indonesia.


BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Modernisasi merupakan suatu proses perubahan yang menuju pada tipe sistem-sistem sosial, ekonomi, dan politik yang telah berkembang di Eropa Barat dan Amerika Utara pada abad ke-17 sampai 19.
Klasik adalah suatu keadaan dimana sistem keadaan ekonomi, sosial, dan budaya masih sederhana dan belum mempunyai sifat atau ciri yang bernuasa teknologi.
Jadi moderenisasi klasik adalah suatu proses perubahan pola pikir pada sistem sosial, ekonomi, budaya dan poliktik menuju kearah yang lebih berkembang namun dalam konteks tidak meninggalkan hal-hal yang sudah ada serta memilah terlebih dahulu untuk diasumsi.
          Teori modernisasi, klasik maupun temporer, melihat pemasalahan pembangunan lebih banyak dari sudut kepentingan Amerika Serikat dan negara maju lainnya. Sedangkan teori depedensi memiliki posisi yang sebaliknya. Teori ini lebih menitikberatkan pada persoalan keterbelakangan dan pembangunan negara Dunia Ketiga. Dalam hal ini, dapat dikatakan bahwa teori depedensi mewakili “suara negara-negera pinggiran” untuk menentang hegemoni ekonomi, politik, budaya dan intelektul dari negara maju.


DAFTAR PUSTAKA

Sosprol, “teori dependensi klasik” 01/2012, tersedia online https://qudsrepublic.blogspot.co.id/2012/01/teori-modernisasi-klasik.html

Hasan bhasry, “teori dependensi baru” 04/2013. Tersedia online http://hasanpedulipendidikan.blogspot.co.id/2013/04/teori-dependensi-baru-by-hasan-asyhari.html
your advertise here

This post have 0 komentar

Next article Next Post
Previous article Previous Post