BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Pembelajaran
suatu kegiatan yang dirancang oleh guru agar siswa melakukan keiatan belajar ,
untuk mencapai tujuan atau kompetensi yang diharapkan . dalam merancang
kegiatan pembeajaran ini, seorang guru semestinya memahami karakteristik siswa,
tujuan pembelajran, yang ingin dicapai atau kompetensi yang harus dikuasai
siswa, materi ajar yang akan disajikan, dan cara yang digunakan terus mengemas
penyajian materi serta penggunaan bentuk dan jenis penilaian yang akan dipiih
untuk melakukan mengukuran terhadap ketercapaian tujuan pembelajaran atau
kompetensi yang telah dimiliki siswa.
Berkaitan
dengan cara atau metode apa yang akan dipilih dan digunakan dalam kegiatan
pembelajaran , seorang guru harus terlebih dahulu memahami berbagai pendakatan,
strategi, dan model pembelajaran. Pemahaman tentang hal ini akan memberikan
tuntutan kepada guru untuk dapat memilah , memilih, dan menetapkan dengan tepat
metode pmbelajaran yang akan digunakan dalam pembelajaran.
Peru
dipahami bahwa setiap pendekatan pembelajran memiliki pandangan yang berbeda
tentang konsepsi dan makna pembelajaran, pandangan tentang guru , dan pandangan
tentang siswa, perbedaan inilah kemudian mengakibatkan strategi dan model
pembelajaran yang dikembangkan menjadi berbeda juga, sehingga proses pembelajaran
akan berbeda walaupun strategi pembelajaran sama. Dalam makalah ini kami
menekankan model pembelajaran PJBL yang
membahas tentang model belajar yang menggunakan masalah sebagai
langkah awal dalam mengumpulkan dan mengintegrasikan pengetahuan baru
berdasarkan pengalamannya dalam beraktivitas secara nyata.
B. RUMUSAN MASALAH :
1.
Apa definisi model pembelajaran ?
2.
Apa definisi
dan perbedaan komponen pembelajaran ( pendekatan, strategi, taktik teknik ,
metode) ?
3.
Apa saja macam-macam model pembelajaran ?
C. TUJUAN :
1.
Mengetahui definisi model pembelajaran.
2.
Mengetahui definisi dan perbedaan komponen
pembelajaran ( pendekatan, strategi, taktik teknik , metode).
3.
Mengetahui macam-macam model pembelajaran.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Definisi model
pembelajaran
Model
pembelajaran
diartikan sebagai prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan
belajar. Dapat juga diartikan suatu pendekatan yang digunakan dalam kegiatan
pembelajaran.
Jadi, sebenarnya model pembelajaran memiliki arti yang sama dengan pendekatan, strategi atau metode pembelajaran. Saat ini telah banyak dikembangkan
berbagai macam model pembelajaran, dari yang sederhana sampai model yang
agak kompleks dan rumit karena memerlukan banyak alat bantu dalam penerapannya.
·
Pengertian model pembelajaran menurut para ahli :
1. Model pembelajaran menurut Kardi dan Nur ada lima model
pemblajaran yang dapat digunakan dalam mengelola pembelajaran, yaitu:
pembelajaran langsung; pembelajaran kooperatif; pembelajaran berdasarkan
masalah; diskusi; dan learning strategi.
2. Menurut Dedi Supriawan dan A. Benyamin Surasega (1990)
mengetengahkan 4 (empat) kelompok model pembelajaran, yaitu: (1) model
interaksi sosial; (2) model pengolahan informasi; (3) model
personal-humanistik; dan (4) model modifikasi tingkah laku. Kendati demikian,
seringkali penggunaan istilah model pembelajaran tersebut diidentikkan dengan
strategi pembelajaran.
3. Menurut E.
Mulyasa (2003) mengetengahkan lima model pembelajaran yang dianggap sesuai
dengan tuntutan Kurikukum Berbasis Kompetensi; yaitu : (1) Pembelajaran Kontekstual
(Contextual Teaching Learning); (2) Bermain Peran (Role Playing); (3)
Pembelajaran Partisipatif (Participative Teaching and Learning); (4) Belajar
Tuntas (Mastery Learning); dan (5) Pembelajaran dengan Modul (Modular
Instruction).
4. Menurut Joyce
dan Weil (1986: 14-15) mengemukakan bahwa setiap model belajar
mengajar atau model pembelajaran harus memiliki empat unsur berikut.
mengajar atau model pembelajaran harus memiliki empat unsur berikut.
5. Sintak (syntax) yang merupakan fase-fase (phasing) dari
model yang menjelaskan model tersebut dalam pelaksanaannya secara nyata (Joyce dan
Weil, 1986:14).
6. Menurut Toeti Soekamto dan
Winataputra (1995:78) mendefinisikan ‘model pembelajaran’ sebagai kerangka
konseptual yang menggambarkan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan
pengalaman belajar bagi para siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran dan
berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar
dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar mengajar.
Sistem
sosial (the social system) yang menunjukkan peran dan hubungan guru dan siswa
selama proses pembelajaran. Kepemimpinan guru sangatlah bervariasi pada satu
model dengan model lainnya. Pada satu model, guru berperan sebagai fasilitator
namun pada model yang lain guru berperan sebagai sumber ilmu pengetahuan.
Prinsip reaksi
(principles of reaction) yang menunjukkan bagaimana guru memperlakukan siswa
dan bagaimana pula ia merespon terhadap apa yang dilakukan siswanya. Pada satu
model, guru memberi ganjaran atas sesuatu yang sudah dilakukan siswa dengan
baik, namun pada model yang lain guru bersikap tidak memberikan penilaian
terhadap siswanya, terutama untuk halhal yang berkait dengan kreativitas. Sistem pendukung (support system) yang
menunjukkan segala sarana, bahan, dan alat yang dapat digunakan untuk mendukung
model tersebut.
Dengan demikian
dapatlah disimpulkan bahwa model-model pembelajaran merupakan kerangka
konseptual sedangkan strategi lebih menekankan pada penerapannya di kelas
sehingga model-model pembelajaran dapat digunakan sebagai acuan pada kegiatan
perancangan kegiatan yang sistematik dalam mengkomunikasikan isi pelajaran
kepada siswa untuk
siswa mengerti .
Pendekatan
pembelajaran memiliki banyak sekali definisi namun masing-masing masih memiliki
hubungan. Namun secara konseptual Pendekatan pembelajaran dapat di definisikan
sebagai suatu cara pandang atau orientasi yang dilakukan terhadap proses
pembelajaran, yang mewadahi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran
dengan cakupan teoritis tertentu untuk mencapai tujuan intruksional tertentu.
Disini
berarti pendekatan pembelajaran merupakan suatu fokus orientasi yang digunakan
guru dan murid selama proses pembelajaran berlangsung, fokus orientasi
pembelajaran tersebut terbagi kedalam dua bagian yakni:
1) pembelajaran berorientasi pada siswa
(student centered approach) berarti fokus yang menjadi pusat pembelajaran
terdapat pada siswanya, siswa yang dituntut untuk active dalam pembelajaran
guru hanya sebagai fasilitator yang memfasilitasi dan mendampingi siswanya.
2) pembelajaran berorientasi pada guru
(teacher centered approach) yakni pembelajaran berpusat pada guru, guru
memunyai peranan yang sangat penting, guru menjadi sumber informasi dan gurupun
bisa menentukan apa saja yang harus dikuasai siswa.
Berbagai pendekatan dalam rangka
memahami makna pembelajaran, antara lain :
·
Pendekatan
Filsafat.
a. Idelisme, pembalajaran adalah
kegiatan Tanya jawab (dialektika) antara guru dengan siswa, melatih
keterampilan siswa, serta pemberian teladan dalam hal pengetahuan, nilai dan
moral dalam keyakinan dan tingkah lau guru, agar siswa dapat menemukan jawaban
atas masalah yang dihadapinya sehingga dapat mengetahui pengetahuan yang
esensial yang sudah diterima benar dan berlaku sepanjang zaman, serta dapat
mengembangkan karakter dan bakat-bakatnya.
Idealisme menghendaki diaplikasikannya strategi penemuan (discovery)
melalui Tanya jawab (dialektika) dan berpikir deduktif. Guru tidak menyajikan
materi pembelajaran yang telah selesai diolah tuntas oleh sendiri. Sekalipun
pembelajaran ini berpusat pada guru, namun dalam mengolah materi pembelajaran
siswalah yang harus melakukan dan menemukan inti dari materi pembelajarannya
sendiri. Sebagai contoh seorang guru menjelaskan materi laju reaksi secara umum
kemudian siswa dituntut untuk menemukan masalah dengan cara Tanya jawab dan
menemukan inti dari materi laju reaksi yang diajarkan oleh guru tersebut.
b.
Realisme, menghendaki pembelajaran dan pengelolaan kelas yang berpusat pada
guru. Siswa diharapkan belajar dari pengalaman langsung maupun tidak langsung
melalui strategi inquiry, discovery, pembiasaan dan berfikir induktif.
c.
Pragmatisme, menghendaki pembelajaran yang berpusat pada siswa, berpusat pada
masalah, berpusat pada aktivitas dan bersifat interdisipliner (terpadu). Karena pragmatisme menghendaki kurikulum
pendidikan yang tidak boleh terpisahkan dari keadaan masyarakat dimana siswa
berada, maka pembelajarannya juga bersifat kontekstual dan berbasis pada
masyarakat. Pragmatisme mengungkapkan bahwa guru memfasilitasi dan membimbing
siswa belajar memecahkan masalah melalui aktivitas.
d.
Konstruktivisme, konstruktivisme dinilai sebagai salah satu bentuk pragmatisme.
Dalam konstuktivisme siswa dituntut untuk mengembangkan konsep dan pengertian
tentang sesuatu.
e.
Eksistensialisme, guru mendampingi siswa sesuai dengan minat dan bakatnya dan
kebutuhannya untuk sampai pada penyadaran diri dan mengembangkan komitmen yang
berhasil mengenai sesuatu yang penting dan bermakna bagi keberadaannya.
f.
Filsafat pendidikan nasional (pancasila). Pendidik, peserta didik dan sumber
pembelajaran harus sejalan agar mencapai tujuan yang diharapkan.
·
Pendekatan
psikologi terhadap pembelajaran
Berikut
konsepsi tentang pembelajaran berdasarkan pendekatan ketiga aliran psikologi.
a. Behaviorisme. Pembelajaran adalah kegiatan guru menciptakan
kkondisi lingkungan sebagai stimulus berupa tugas,berupa tugas untuk direspon
oleh siswa, yang dilakukan dalam bentuk pembiasaan atau latihan setahap demi
setahap secara rinci.
b. Kognitif. Pemmbelajaran adalah kegiatan guru mrmbimbing
siswa melakukan proses internal yang kompleks berupa pemrosesan informasi agar
siswa dapat mengnembangkan kemampuan atau fungsi-fungsi kognitifnya secara
optimal, kemampuan hubungan social, dan menggunakan kecerdasannya secara bijaksana.
c. Humanisme. Pembelajaran adalah kegiatan guru memfasilitasi
dan membimbing siswa belajar melalui proyek-proyek terpadu yang menekankan pada
studi-studi social yang didasarkan atas pemuasan kebutuhan dan kepribadian
siswa agar siswa memperoleh pemahaman dan pengertian dalam rangka pengembangan
social.
·
Pendekatan
sistem terhadap pembelajaran
Berdasarkan pendekatan system,
pembelajaran dapat dipandang sebagai suatu keseluruhan terpadu yang terdiri
atas berbagai komponen yang saling berinteraksi secara fungsional dalam rangka
mencapai tujuan pendidikan yang telah di tetapkan. Terdapat berbagai komponen
yang terlibat didalam pembelajaran. Komponen-komponen pembelajaran itu adalah
tujuan atau kompetensi yang ingin dicapai, materi pembelajaran yang akan disajikan,
metode pembelajaran yang akan digunakan, media pembelajaran, dan penilaian.
2. Strategi Pembelajaran
Strategi Pembelajaran
adalah pola umum rencana interaksi antara siswa dengan guru dan sumber belajar
lainnya pada suatu lingkungan belajar untuk mencapai tujuan pendidikan.
Berbagai jenis strategi pembelajaran diantaranya:
- Berdasarkan rasio guru dan siswa dalam pembelajaran
- Pembelajaran oleh seorang guru terhadap kelompok besar (satu kelas)
- Pembelajaran oleh seorang guru terhadap kelompok kecil (5-7 siswa)
- Pembelajaran oleh seorang guru terhadap seorang siswa
- Pembelajaran oleh satu tim guru terhadap sekelompok besar (satu kelas)
- Pembelajaran oleh satu tim guru terhadap sekelompok kecil (5-7 siswa)
- Berdasarkan rasio guru dan siswa dalam pembelajaran
- Pembelajaran oleh seorang guru terhadap kelompok besar (satu kelas)
- Pembelajaran oleh seorang guru terhadap kelompok kecil (5-7 siswa)
- Pembelajaran oleh seorang guru terhadap seorang siswa
- Pembelajaran oleh satu tim guru terhadap sekelompok besar (satu kelas)
- Pembelajaran oleh satu tim guru terhadap sekelompok kecil (5-7 siswa)
a. Berdasarkan pola hubungan guru dan siswa dalam pembelajaran
-
Pembelajaran
tatap muka
-
Pembelajaran
melalui media
-
Pembelajaran
tatap muka dan Pembelajaran melalui media
b. Berdasarkan peranan guru dan siswa dalam pengelolaan
pembelajaran
-
Pembelajaran
yang berpusat pada guru
-
Pembelajaran
yang berpusat pada siswa
3. Metoda pembelajaran
Metode
pembelajaran merupakan prosedur atau cara yang digunakan yang digunakan
oleh guru untuk mengimplementasikan rencana-rencana praktis untuk mencapai
tujuan pembelajaran. Jadi metode berfokus pada pencapaian tujuan pembelajaran.
metode juga harus disesuaikan dengan strategi pembelajaran. Berbagai macam
metode yang dapat digunakan dalam pembelajaran antara lain seperti: metode
ceramah, demonstrasi, diskusi, simulasi, laboratorium, pengalaman
lapangan, brainstorming, debat, simposium, dan sebagainya. Masing-masing metode
tersebut memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing seperti contohnya
metode ceramah metode ini memiliki kelebihan tidak memerlukan banyak biaya,
murah, hemat waktu, dan dapat mencakup banyak materi dalam sekali penyampaian
namun memiliki kekurangan kemampuan siswa terbatas dengan apa yang disampaikan
oleh guru. Begitu juga metode-metode yang lainya oleh karena itu perlu
dipertimbangkan juga antara metode yang digunakan dengan kondisi dilapangan. Beberapa
penjelasan metode pembelajaran adalah :
·
Metode ceramah.
Metode ceramah adalah penerangan secara lisan atas
pembelajaran kepada sekelompok pendengar untuk mencapai tujuan pembelajaran
tertentu dalam jumlah yang relative besar. Metode ceramah cocok untuk
penyampaian bahan belajar yang berupa informasi dan jika bahan ajar tersebut
sukar di dapatkan.
·
Metode diskusi.
Adalah proses pelibatan dua orang peserta atau lebih untuk
berinteraksi saling bertukar pendapat, atau saling mempertahankan pendapat dalam
memecahkan masalah. Menurut Keachie Kulik disbanding metode ceramah, metode
diskusi dapat meningkatkan anak dalam pemahaman konsep dan keterampilan
memacahkan masalah tetapi dalam transformasi pengetahuan, penggunaan metode
diskusi hasilnya lambat disbanding penggunaan ceramah. Sehingga metode ceramah
lebih efektif untuk meningkatkan kuantitas pengetahuan anak dari pada metode
diskusi.
·
Metode Demonstrasi.
Merupakan metode pembelajaran yang sangat efektif untuk
menolong siswa mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan. Demonstrasi sebagai
metode pembelajaran adalah bilamana
seorang guru atau seorang demonstrator ataupun siswa memperlihatkan kepada
oranng lain suatu proses. Seperti cara mendemonstrasikan sel elektrokimia.
4. Teknik Pembelajaran
Teknik
adalah cara khusus untuk mengimplementasikan metode dalam sebuah proses
pembelajaran. Teknik tergantung kondisi di lapangan, teknik dapat berubah-ubah
tergantung guru dan kondisi pada saat praktek di lapangan. Misalkan, terdapat
dua orang sama-sama menggunakan metode ceramah, tetapi mungkin sangat berbeda
dalam taktik yang digunakannya. Dalam penyajiannya, yang satu cenderung banyak
diselingin dengan humor,sementara yang satunya lagi kurang memiliki sense of
humor tetapi lebih banyak menggunakan alat bantu elektronik. Dalam gaya
pembelajaran, akan tampak keunikan atau kekhasan dari masing-masing guru sesuai
dengan kemampuan dan pengalaman.
Berdasarkan
uraian diatas, bahwa untuk dapat melaksanakan tugasnya secara professional,
seorang guru dituntut agar dapat memahami dan memiliki keterampilan yang
memadai dalam mengembangkan berbagai model pembelajaran yang efektif, kreatif
dan menyenangkan, sebagaimana disyariatkan dalam kurikulum. Dari hasil
pemaparan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan antara model
pembelajaran, pendekatan pembelajaran, strategi pembelajaran, tehnik dan metode
pembelajaran. Walaupun perbedaan itu tidak begitu tegas, karena semua istilah
merupakan satu kesatuan yang saling menunjang, untuk melaksanakan proses
pembelajaran. Jadi model pembelajaran adalah pembungkus proses
pembelajaran yang didalamnya ada pendekatan, strategi, metode dan tehnik.
C.
Macam-macam model
pembelajaran
1.
Model Pembelajaran
Saintifik
Model
Pembelajaran adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian
rupa agar peserta didik secara aktif mengonstruk konsep, hukum atau prinsip
melalui tahapan-tahapan mengamati (untuk mengidentifikasi atau menemukan
masalah), merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis,
mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan
dan mengomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang “ditemukan”.
Pendekatan
saintifik dimaksudkan untuk memberikan pemahaman kepada peserta didik
dalam mengenal, memahami berbagai materi menggunakan pendekatan
ilmiah, bahwa informasi bisa berasal dari mana saja, kapan saja, tidak
bergantung pada informasi searah dari guru. Oleh karena itu kondisi
pembelajaran yang diharapkan tercipta diarahkan untuk mendorong peserta didik
dalam mencari tahu dari berbagai sumber melalui observasi, dan bukan hanya
diberi tahu. Penerapan pendekatan saintifik dalam pembelajaran melibatkan keterampilan
proses seperti mengamati, mengklasifikasi, mengukur,
meramalkan,menjelaskan, dan menyimpulkan.
Dalam
melaksanakan proses-proses tersebut, bantuan guru diperlukan. Akan tetapi
bantuan guru tersebut harus semakin berkurang dengan semakin bertambah
dewasanya siswa atau semakin tingginya kelas siswa. Metode saintifik sangat
relevan dengan tiga teori belajar yaitu teori Bruner, teori Piaget, dan teori
Vygotsky.
Teori belajar Bruner disebut juga teori belajar penemuan. Ada empat hal pokok berkaitan dengan teori belajar Bruner (dalam Carin & Sund, 1975).
Teori belajar Bruner disebut juga teori belajar penemuan. Ada empat hal pokok berkaitan dengan teori belajar Bruner (dalam Carin & Sund, 1975).
a.
individu hanya belajar dan mengembangkan pikirannya
apabila ia menggunakan pikirannya.
b.
dengan melakukan proses-proses kognitif dalam proses
penemuan, siswa akan memperoleh sensasi dan kepuasan intelektual yang merupakan
suatau penghargaan intrinsik.
c.
satu-satunya cara agar seseorang dapat mempelajari
teknik-teknik dalam melakukan penemuan adalah ia memiliki kesempatan untuk
melakukan penemuan.
d.
dengan melakukan penemuan maka akan memperkuat retensi
ingatan. Empat hal di atas adalah bersesuaian dengan proses kognitif yang
diperlukan dalam pembelajaran menggunakan metode saintifik. Teori Piaget,
menyatakan bahwa belajar berkaitan dengan pembentukan dan perkembangan
skema (jamak skemata). Skema adalah suatu struktur mental atau struktur
kognitif yang dengannya seseorang secara intelektual beradaptasi dan
mengkoordinasi lingkungan sekitarnya (Baldwin, 1967).
Pembelajaran dengan metode
saintifik memiliki karakteristik sebagai berikut
1) berpusat pada siswa.
2) melibatkan keterampilan proses sains dalam mengonstruksi
konsep, hukum atau
prinsip.
prinsip.
3) melibatkan proses-proses kognitif yang potensial dalam
merangsang perkembangan
intelek, khususnya keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa. 4) dapat
mengembangkan karakter siswa.
intelek, khususnya keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa. 4) dapat
mengembangkan karakter siswa.
·
Proses pembelajaran dengan pendekatan Saintific
terdiri atas lima pengalaman belajar pokok yaitu:
a. mengamati
b. menanya
c. mengumpulkan informasi
d. mengasosiasi
e. mengkomunikasikan
Contoh penerapan pada model pembelajaran saintifik:
-
Menanya : seorang siswa yang bertanya dengan apa yang
ia lihat dan perhatikan.
-
Mengumpulkan Data : siswa yang dianjurkan untuk
mengumpulkan data dengan cara mencari informasi dan melakukan kunjungan atau
observasi.
2. Model Pembelajaran PBL ( Problem Based Learning )
Model pembelajaran berbasis masalah merupakan sebuah model pembelajaran
yang menyajikan masalah kontekstual sehingga merangsang peserta didik untuk
belajar. Dalam kelas yang menerapkan pembelajaran berbasis masalah, peserta
didik bekerja dalam tim untuk memecahkan masalah dunia nyata (real world).
a. Kelebihan
problem based learning ( Model Pembelajaran Berbasis Masalah)
Dengan
PBL akan terjadi pembelajaran bermakna. Peserta didik/mahapeserta didik
yang belajar memecahkan suatu masalah maka mereka akan menerapkan pengetahuan
yang dimilikinya atau berusaha mengetahui pengetahuan yang diperlukan. Belajar
dapat semakin bermakna dan dapat diperluas ketika peserta didik/mahapeserta
didik berhadapan dengan situasi di mana konsep diterapkan. Dalam situasi PBL,
peserta didik/mahapeserta didik mengintegrasikan
pengetahuan dan ketrampilan secara simultan dan mengaplikasikannya dalam
konteks yang relevan. PBL dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis,
menumbuhkan inisiatif peserta didik/mahapeserta didik dalam bekerja, motivasi
internal untuk belajar, dan dapat mengembangkan hubungan interpersonal dalam
bekerja kelompok.
b. Sistem penilaian
model pembelajaran problem based learning.
Penilaian
dilakukan dengan memadukan tiga aspek pengetahuan (knowledge), kecakapan
(skill), dan sikap (attitude). Penilaian terhadap penguasaan pengetahuan yang
mencakup seluruh kegiatan pembelajaran yang dilakukan dengan ujian akhir
semester (UAS), ujianujian tengah semester (UTS), kuis, PR,dokumen, dan
laporan.
Penilaian terhadap kecakapan dapat diukur dari penguasaan alat bantu pembelajaran, baik software, hardware, maupun kemampuan perancangan dan pengujian. Sedangkan penilaian terhadap sikap dititikberatkan pada penguasaan soft skill, yaitu keaktifan dan partisipasi dalam diskusi, kemampuan bekerjasama dalam tim, dan kehadiran dalam pembelajaran Bobot penilaian untuk ketiga aspek tersebut ditentukan oleh guru mata pelajaran yang bersangkutan.
Penilaian terhadap kecakapan dapat diukur dari penguasaan alat bantu pembelajaran, baik software, hardware, maupun kemampuan perancangan dan pengujian. Sedangkan penilaian terhadap sikap dititikberatkan pada penguasaan soft skill, yaitu keaktifan dan partisipasi dalam diskusi, kemampuan bekerjasama dalam tim, dan kehadiran dalam pembelajaran Bobot penilaian untuk ketiga aspek tersebut ditentukan oleh guru mata pelajaran yang bersangkutan.
c. Sistem Penilaian
Penilaian
pembelajaran dengan PBL dilakukan dengan authentic assesment. Penilaian
dapat dilakukan dengan portfolio yang merupakan kumpulan yang sistematis
pekerjaan-pekerjaan peserta didik yang dianalisis untuk melihat kemajuan
belajar dalam kurun waktu tertentu dalam kerangka pencapaian tujuan
pembelajaran. Penilaian dalam pendekatan PBL dilakukan dengan cara evaluasi
diri (self-assessment) dan peer-assessment.
D. Penilaian
(Assessment)
Penilaian dilakukan dengan memadukan tiga aspek
pengetahuan (knowledge), kecakapan (skill), dan sikap (attitude). Penilaian
terhadap penguasaan pengetahuan yang mencakup seluruh kegiatan pembelajaran
yang dilakukan dengan ujian akhir semester (UAS), ujian tengah semester (UTS),
kuis, PR, dokumen, dan laporan.Penilaian terhadap kecakapan dapat diukur dari
penguasaan alat bantu pembelajaran, baik software, hardware, maupun kemampuan
perancangan dan pengujian.
E. Contoh Penerapan
Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem-Based Learning)
Sebelum memulai proses
belajar-mengajar di dalam kelas, peserta didik terlebih dahulu diminta untuk
mengobservasi suatu fenomena terlebih dahulu. Kemudian peserta didik diminta
mencatat masalah-masalah yang muncul.
Setelah itu tugas guru adalah meransang peserta didik untuk berpikir kritis dalam memecahkan masalah yang ada. Tugas guru adalah mengarahkan peserta didik untuk bertanya, membuktikan asumsi, dan mendengarkan pendapat yang berbeda dari mereka.
Setelah itu tugas guru adalah meransang peserta didik untuk berpikir kritis dalam memecahkan masalah yang ada. Tugas guru adalah mengarahkan peserta didik untuk bertanya, membuktikan asumsi, dan mendengarkan pendapat yang berbeda dari mereka.
Contoh Penerapan
Memanfaatkan lingkungan peserta didik untuk memperoleh pengalaman belajar. Guru memberikan penugasan yang dapat dilakukan di berbagai konteks lingkungan peserta didik, antara lain di sekolah, keluarga dan masyarakat.
Penugasan yang diberikan oleh guru memberikan kesempatan bagi peserta didik untuk belajar diluar kelas. Peserta didik diharapkan dapat memperoleh pengalaman langsung tentang apa yang sedang dipelajari. Pengalaman belajar merupakan aktivitas belajar yang harus dilakukan peserta didik dalam rangka mencapai penguasaan standar kompetensi, kemampuan dasar dan materi pembelajaran.
Memanfaatkan lingkungan peserta didik untuk memperoleh pengalaman belajar. Guru memberikan penugasan yang dapat dilakukan di berbagai konteks lingkungan peserta didik, antara lain di sekolah, keluarga dan masyarakat.
Penugasan yang diberikan oleh guru memberikan kesempatan bagi peserta didik untuk belajar diluar kelas. Peserta didik diharapkan dapat memperoleh pengalaman langsung tentang apa yang sedang dipelajari. Pengalaman belajar merupakan aktivitas belajar yang harus dilakukan peserta didik dalam rangka mencapai penguasaan standar kompetensi, kemampuan dasar dan materi pembelajaran.
3. Model pembelajaran Discovery Learning
Model Discovery Learning adalah didefinisikan sebagai proses pembelajaran yang terjadi bila pelajar tidak disajikan dengan pelajaran dalam bentuk finalnya, tetapi diharapkan mengorganisasi sendiri. Sebagaimana pendapat Bruner, bahwa: “Discovery Learning can be defined as the learning that takes place when the student is not presented with subject matter in the final form, but rather is required to organize it him self” (Penemuan Belajar dapat didefinisikan sebagai pembelajaran yang terjadi ketika siswa tidak disajikan dengan materi pelajaran dalam bentuk akhir , melainkan diperlukan untuk mengatur itu nya) “ (Lefancois dalam Emetembun, 1986:103).
Ide dasar Bruner ialah pendapat dari Piaget yang menyatakan bahwa anak harus berperan aktif dalam belajar di kelas. Model Discovery Learning adalah memahami konsep, arti, dan hubungan, melalui proses intuitif untuk akhirnya sampai kepada suatu kesimpulan (Budiningsih, 2005:43). Discovery terjadi bila individu terlibat, terutama dalam penggunaan proses mentalnya untuk menemukan beberapa konsep dan prinsip. Discovery dilakukan melalui observasi, klasifikasi, pengukuran, prediksi, penentuan dan inferi. Proses tersebut disebut cognitive process sedangkan discovery itu sendiri adalah the mental process of assimilatig conceps and principles in the mind (Adalah proses mental asimilasi conceps dan prinsip-prinsip dalam pikiran (Robert B. Sund dalam Malik, 2001:219).
Discovery Learning mempunyai prinsip yang sama dengan inkuiri (inquiry). Tidak ada perbedaan yang prinsipil pada kedua istilah ini, pada Discovery Learning lebih menekankan pada ditemukannya konsep atau prinsip yang sebelumnya tidak diketahui. Perbedaannya dengan discovery ialah bahwa pada discovery masalah yang diperhadapkan kepada siswa semacam masalah yang direkayasa oleh guru, sedangkan pada inkuiri masalahnya bukan hasil rekayasa, sehingga siswa harus mengerahkan seluruh pikiran dan keterampilannya untuk mendapatkan temuan-temuan di dalam masalah itu melalui proses penelitian. Di dalam proses belajar, Bruner mementingkan partisipasi aktif dari tiap siswa, dan mengenal dengan baik adanya perbedaan kemampuan. Untuk menunjang proses belajar perlu lingkungan memfasilitasi rasa ingin tahu siswa pada tahap eksplorasi. Lingkungan ini dinamakan Discovery Learning Environment, yaitu lingkungan dimana siswa dapat melakukan eksplorasi, penemuan-penemuan baru yang belum dikenal atau pengertian yang mirip dengan yang sudah diketahui. Lingkungan seperti ini bertujuan agar siswa dalam proses belajar dapat berjalan dengan baik dan lebih kreatif. Untuk memfasilitasi proses belajar yang baik dan kreatif harus berdasarkan pada manipulasi bahan pelajaran sesuai dengan tingkat perkembangan kognitif siswa. Manipulasi bahan pelajaran bertujuan untuk memfasilitasi kemampuan siswa dalam berpikir (merepresentasikan apa yang dipahami) sesuai dengan tingkat perkembangannya.
Dalam
mengaplikasikan metode Discovery Learning guru
berperan sebagai pembimbing dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk
belajar secara aktif, sebagaimana pendapat guru harus dapat membimbing dan
mengarahkan kegiatan belajar siswa sesuai dengan tujuan (Sardiman, 2005:145).
Kondisi seperti ini ingin merubah kegiatan belajar mengajar yang teacher
oriented menjadi student oriented. Dalam metode Discovery Learning bahan ajar
tidak disajikan dalam bentuk akhir, siswa dituntut untuk melakukan berbagai
kegiatan menghimpun informasi, membandingkan, mengkategorikan, menganalisis,
mengintegrasikan, mereorganisasikan bahan serta membuat kesimpulan.
- Membantu siswa untuk memperbaiki dan meningkatkan keterampilan-keterampilan dan proses-proses kognitif. Usaha penemuan merupakan kunci dalam proses ini, seseorang tergantung bagaimana cara belajarnya.
- Pengetahuan yang diperoleh melalui model ini sangat pribadi dan ampuh karena menguatkan pengertian, ingatan dan transfer.
- Menimbulkan rasa senang pada siswa, karena tumbuhnya rasa menyelidiki dan berhasil.
- Model ini memungkinkan siswa berkembang dengan cepat dan sesuai dengan kecepatannyasendiri.
- Menyebabkan siswa mengarahkan kegiatan belajarnya sendiri dengan melibatkan akalnya dan motivasi sendiri.
- Membantu siswa memperkuat konsep dirinya, karena memperoleh kepercayaan bekerja sama dengan yang lainnya.
- Berpusat pada siswa dan guru berperan sama-sama aktif mengeluarkan gagasan-gagasan. Bahkan gurupun dapat bertindak sebagai siswa, dan sebagai peneliti di dalam situasi diskusi.
- Membantu siswa menghilangkan skeptisme (keragu-raguan) karena mengarah padakebenaran yang final dan tertentu atau pasti.
- Siswa akan mengerti konsep dasar dan ide-ide lebih baik.
- Membantu dan mengembangkan ingatan dan transfer kepada situasi proses belajar yang baru.
- Mendorong siswa berpikir dan bekerja atas inisiatif sendiri.
- Mendorong siswa berpikir intuisi dan merumuskan hipotesis sendiri.
- Memberikan keputusan yang bersifat intrinsik.
- Situasi proses belajar menjadi lebih terangsang.
- Proses belajar meliputi sesama aspeknya siswa menuju pada pembentukan manusia seutuhnya.
- Meningkatkan tingkat penghargaan pada siswa.
- Kemungkinan siswa belajar dengan memanfaatkan berbagai jenis sumber belajar.
- Dapat mengembangkan bakat dan kecakapan individu.
- Menimbulkan asumsi bahwa ada kesiapan pikiran untuk belajar. Bagi siswa yang kurang pandai, akan mengalami kesulitan abstrak atau berpikir atau mengungkapkan hubungan antara konsep-konsep, yang tertulis atau lisan, sehingga pada gilirannya akan menimbulkan frustasi.
- Tidak efisien untuk mengajar jumlah siswa yang banyak, karena membutuhkan waktu yang lama untuk membantu mereka menemukan teori atau pemecahan masalah lainnya.
- Harapan-harapan yang terkandung dalam model ini dapat buyar berhadapan dengan siswa dan guru yang telah terbiasa dengan cara-cara belajar yang lama.
- Pengajaran discovery lebih cocok untuk mengembangkan pemahaman, sedangkan mengembangkan aspek konsep, keterampilan dan emosi secara keseluruhan kurang mendapat perhatian.
- Pada beberapa disiplin ilmu, misalnya IPA kurang fasilitas untuk mengukur gagasan yang dikemukakan oleh para siswa
- Tidak menyediakan kesempatan-kesempatan untuk berpikir yang akan ditemukan oleh siswa karena telah dipilih terlebih dahulu oleh guru.
Menurut Syah (2004:244) dalam
mengaplikasikan Discovery learning di kelas,ada beberapa prosedur yang harus
dilaksanakan dalam kegiatan belajar mengajar secara umum antara lain sebagai
berikut :
Pertama-tama pada tahap ini siswa
dihadapkan pada sesuatu yang menimbulkan tanda tanya, kemudian dilanjutkan
untuk tidak memberi generalisasi, agar timbul keinginan untuk menyelidiki
sendiri. Di samping itu guru dapat memulai kegiatan PBM dengan mengajukan pertanyaan,
anjuran membaca buku, dan aktivitas belajar lainnya yang mengarah pada
persiapan pemecahan masalah.
Setelah dilakukan stimulasi langkah
selanjutya adalah guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mengidentifikasi
sebanyak mungkin agenda-agenda masalah yang relevan dengan bahan pelajaran,
kemudian salah satunya dipilih dan dirumuskan dalam bentuk hipotesis (jawaban
sementara atas pertanyaan masalah) (Syah 2004:244). Permasalahan yang dipilih
itu selanjutnya harus dirumuskan dalam bentuk pertanyaan, atau hipotesis, yakni
pernyataan sebagai jawaban sementara atas pertanyaan yang diajukan.
Memberikan kesempatan siswa untuk
mengidentifikasi dan menganalisis permasalahan yang mereka hadapi, merupakan
teknik yang berguna dalam membangun siswa agar mereka terbiasa untuk menemukan
suatu masalah.
Ketika eksplorasi berlangsung guru
juga memberi kesempatan kepada para siswa untuk mengumpulkan informasi
sebanyak-banyaknya yang relevan untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis
(Syah, 2004:244). Pada tahap ini berfungsi untuk menjawab pertanyaan atau
membuktikan benar tidaknya hipotesis.
Dengan
demikian siswa diberi kesempatan untuk mengumpulkan (collection) berbagai
informasi yang relevan, membaca literatur, mengamati objek, wawancara dengan
narasumber, melakukan uji coba sendiri dan sebagainya. Konsekuensi dari tahap
ini adalah siswa belajar secara aktif untuk menemukan sesuatu yang berhubungan
dengan permasalahan yang dihadapi, dengan demikian secara tidak disengaja siswa
menghubungkan masalah dengan pengetahuan yang telah dimiliki.
Semua informasi hasil bacaan,
wawancara, observasi, dan sebagainya, semuanya diolah, diacak,
diklasifikasikan, ditabulasi, bahkan bila perlu dihitung dengan cara tertentu
serta ditafsirkan pada tingkat kepercayaan tertentu (Djamarah, 2002:22). Data
processing disebut juga dengan pengkodean/kategorisasi yang berfungsi sebagai
pembentukan konsep dan generalisasi. Dari generalisasi tersebut siswa akan
mendapatkan pengetahuan baru tentang alternatif jawaban/ penyelesaian yang
perlu mendapat pembuktian secara logis.
Pada tahap ini siswa melakukan
pemeriksaan secara cermat untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis yang
ditetapkan tadi dengan temuan alternatif, dihubungkan dengan hasil data
processing (Syah, 2004:244). Verification menurut Bruner, bertujuan agar proses
belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika guru memberikan kesempatan
kepada siswa untuk menemukan suatu konsep, teori, aturan atau pemahaman melalui
contoh-contoh yang ia jumpai dalam kehidupannya. Berdasarkan hasil pengolahan
dan tafsiran, atau informasi yang ada, pernyataan atau hipotesis yang telah
dirumuskan terdahulu itu kemudian dicek, apakah terjawab atau tidak, apakah
terbukti atau tidak.
Tahap generalisasi/ menarik
kesimpulan adalah proses menarik sebuah kesimpulan yang dapat dijadikan prinsip
umum dan berlaku untuk semua kejadian atau masalah yang sama, dengan
memperhatikan hasil verifikasi (Syah, 2004:244).
Dalam
Model Pembelajaran Discovery Learning, penilaian dapat dilakukan dengan
menggunakan tes maupun nontes, sedangkan penilaian yang digunakan dapat berupa
penilaian kognitif, proses, sikap, atau penilaian hasil kerja siswa. Jika
bentuk penilaiannya berupa penilaian kognitif, maka dapat menggunakan tes
tertulis. Jika bentuk penilaiannya menggunakan penilaian proses, sikap, atau
penilaian hasil kerja siswa dapat menggunakan nontes.
5) Contoh Penerapan Model Pembelajaran Discovery
Learning
·
Memahami Tesk hasil Observasi dan mencermati apa yang ia
temukan, eksposisi, deskriptip , baik cerpen tulisan maupun lisan.
·
Dalam mengaplikasikan model pembelajaran Discovery
Learning guru berperan sebagai pembimbing dengan memberikan kesempatan
kepada siswa untuk belajar secara aktif, sebagaimana pendapat guru harus dapat
membimbing dan mengarahkan kegiatan belajar siswa sesuai dengan tujuan.
Kondisi seperti ini ingin merubah kegiatan belajar mengajar yang teacher
oriented menjadi student oriented.
4. Model Pembelajaran Berbasis Proyek ( PJBL )
Pembelajaran Berbasis Proyek
merupakan model belajar yang menggunakan masalah sebagai langkah awal dalam
mengumpulkan dan mengintegrasikan pengetahuan baru berdasarkan pengalamannya
dalam beraktivitas secara nyata. Pembelajaran Berbasis Proyek dirancang untuk
digunakan pada permasalahan komplek yang diperlukan peserta didik dalam
melakukan insvestigasi dan memahaminya. Melalui PjBL, proses inquiry dimulai
dengan memunculkan pertanyaan penuntun (a guiding question) dan membimbing
peserta didik dalam sebuah proyek kolaboratif yang mengintegrasikan berbagai
subjek (materi) dalam kurikulum. Pada saat pertanyaan terjawab, secara langsung
peserta didik dapat melihat berbagai elemen utama sekaligus berbagai prinsip
dalam sebuah disiplin yang sedang dikajinya. PjBLmerupakan investigasi mendalam
tentang sebuah topik dunia nyata, hal ini akan berharga bagi atensi dan usaha
peserta didik.
Mengingat bahwa masing-masing
peserta didik memiliki gaya belajar yang berbeda, maka Pembelajaran Berbasis
Proyek memberikan kesempatan kepada para peserta didik untuk menggali konten
(materi) dengan menggunakan berbagai cara yang bermakna bagi dirinya, dan
melakukan eksperimen secara kolaboratif.
Pembelajaran Berbasis Proyek
merupakan investigasi mendalam tentang sebuah topik dunia nyata, hal ini akan
berharga bagi atensi dan usaha peserta didik. Pembelajaran Berbasis Proyek
dapat dikatakan sebagai operasionalisasi konsep “Pendidikan Berbasis Produksi”
yang dikembangkan di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). SMK sebagai institusi
yang berfungsi untuk menyiapkan lulusan untuk bekerja di dunia usaha dan
industri harus dapat membekali peserta didiknya dengan “kompetensi terstandar”
yang dibutuhkan untuk bekerja pada bidang masing-masing.
Pada
Pembelajaran Berbasis Proyek memiliki beberapa karakteristik berikut ini, yaitu
:
- Peserta didik membuat keputusan tentang sebuah kerangka kerja;
- Adanya permasalahan atau tantangan yang diajukan kepada peserta didik;
- Peserta didik mendesain proses untuk menentukan solusi atas permasalahan atau tantangan yang diajukan;
- Peserta didik secara kolaboratif bertanggungjawab untuk mengakses dan mengelola informasi untuk memecahkan permasalahan;
- Proses evaluasi dijalankan secara kontinyu;
- Peserta didik secara berkala melakukan refleksi atas aktivitas yang sudah dijalankan;
- Produk akhir aktivitas belajar akan dievaluasi secara kualitatif; dan
- Situasi pembelajaran sangat toleran terhadap kesalahan dan perubahan.
Beberapa hambatan dalam implementasi metode
Pembelajaran Berbasis Proyekantara lain berikut ini.
- Pembelajaran Berbasis Proyek memerlukan banyak waktu yang harus disediakan untuk menyelesaikan permasalahan yang komplek.
- Banyak orang tua peserta didik yang merasa dirugikan, karena menambah biaya untuk memasuki system baru.
- Banyak instruktur merasa nyaman dengan kelas tradisional ,dimana instruktur memegang peran utama di kelas. Ini merupakan suatu transisi yang sulit, terutama bagi instruktur yang kurang atau tidak menguasai teknologi.
- Banyaknya peralatan yang harus disediakan, sehingga kebutuhan listrik bertambah.
1. Keuntungan Pembelajaran Berbasis Proyek
- Meningkatkan motivasi belajar peserta didik untuk belajar, mendorong kemampuan mereka untuk melakukan pekerjaan penting, dan mereka perlu untuk dihargai.
- Meningkatkan kemampuan pemecahan masalah.
- Membuat peserta didik menjadi lebih aktif dan berhasil memecahkan problem-problem yang kompleks.
- Meningkatkan kolaborasi.
- Mendorong peserta didik untuk mengembangkan dan mempraktikkan keterampilan komunikasi.
- Meningkatkan keterampilan peserta didikdalam mengelola sumber.
- Memberikan pengalaman kepada peserta didik pembelajaran dan praktik dalam mengorganisasi proyek, dan membuat alokasi waktu dan sumber-sumber lain seperti perlengkapan untuk menyelesaikan tugas.
- Menyediakan pengalaman belajar yang melibatkan peserta didik secara kompleks dan dirancang untuk berkembang sesuai dunia nyata.
- Melibatkan para peserta didik untuk belajar mengambil informasi dan menunjukkan pengetahuan yang dimiliki, kemudian diimplementasikan dengan dunia nyata.
- Membuat suasana belajar menjadi menyenangkan, sehingga peserta didik maupun pendidik menikmati proses pembelajaran.
2. Kelemahan Pembelajaran Berbasis Proyek
- Memerlukan banyak waktu untuk menyelesaikan masalah.
- Membutuhkan biaya yang cukup banyak.
- Banyak instruktur yang merasa nyaman dengan kelas tradisional, di mana instruktur memegang peran utama di kelas.
- Banyaknya peralatan yang harus disediakan.
- Peserta didik yang memiliki kelemahan dalam percobaan dan pengumpulan informasi akan mengalami kesulitan.
- Ada kemungkinanpeserta didikyang kurang aktif dalam kerja kelompok.
- Ketika topik yang diberikan kepada masing-masing kelompok berbeda, dikhawatirkan peserta didik tidak bisa memahami topik secara keseluruhan.
Dalam pelaksanaan Pembelajaran Berbasis
Proyek/Project Based Learning ada beberapa peran bagi guru/pendidik dan peserta
didik dalam pelaksanaan Pembelajaran Berbasis Proyek, antara lain :
a. Peran Guru
- Merencanakan dan mendesain pembelajaran.
- Membuat strategi pembelajaran.
- Membayangkan interaksi yang akan terjadi antara guru dan siswa.
- Mencari keunikan siswa.
- Menilai siswa dengan cara transparan dan berbagai macam penilaian.
- Membuat portofolio pekerjaan siswa.
b. Peran Peserta Didik
- Menggunakan kemampuan bertanya dan berpikir.
- Melakukan riset sederhana.
- Mempelajari ide dan konsep baru.
- Belajar mengatur waktu dengan baik.
- Melakukan kegiatan belajar sendiri/kelompok.
- Mengaplikasikanhasil belajar lewat tindakan.
- Melakukan interaksi sosial (wawancara, survey, observasi, dll).
Penilaian
pembelajaran dengan metode Project Based Learning harus diakukan secara
menyeluruh terhadap Sikap, Pengetahuan dan Keterampilan yang diperoleh siswa
dalam melaksanakan pembelajaran berbasis proyek. Penilaian Pembelajaran Berbasis
Proyek dapat menggunakan teknik penilaian yang dikembangkan oleh Pusat
Penilaian Pendidikan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yaitu penilaian
proyek atau penilaian produk. Penilaian tersebut dapat dijelaskan sebagai
berikut :
1. Penilaian Proyek
a. Pengertian
Penilaian
proyek merupakan kegiatan penilaian terhadap suatu tugas yang harus
diselesaikan dalam periode/waktu tertentu. Tugas tersebut berupa suatu
investigasi sejak dari perencanaan, pengumpulan data, pengorganisasian,
pengolahan dan penyajian data. Penilaian proyek dapat digunakan untuk
mengetahui pemahaman, kemampuan mengaplikasikan, kemampuan penyelidikan dan
kemampuan menginformasikan peserta didik pada mata pelajaran tertentu secara
jelas.
Pada penilaian proyek setidaknya ada 3 hal yang
perlu dipertimbangkan yaitu:
- Kemampuan pengelolaan, yaitu kemampuan peserta didik dalam memilih topik, mencari informasi dan mengelola waktu pengumpulan data serta penulisan laporan.
- Relevansi atau kesesuaian dengan mata pelajaran, dengan mempertimbangkan tahap pengetahuan, pemahaman dan keterampilan dalam pembelajaran.
- Keaslian maksudnya proyek yang dilakukan peserta didik harus merupakan hasil karyanya, dengan mempertimbangkan kontribusi guru berupa petunjuk dan dukungan terhadap proyek peserta didik.
b. Teknik Penilaian Proyek
Penilaian proyek dilakukan mulai dari perencanaan,
proses pengerjaan, sampai hasil akhir proyek. Untuk itu, guru perlu menetapkan
hal-hal atau tahapan yang perlu dinilai, seperti penyusunan disain, pengumpulan
data, analisis data, dan penyiapkan laporan tertulis. Laporan tugas atau hasil
penelitian juga dapat disajikan dalam bentuk poster. Pelaksanaan penilaian
dapat menggunakan alat/ instrumen penilaian berupa daftar cek ataupun skala
penilaian.
2. Penilaian Produk
a. Pengertian
Penilaian produk adalah penilaian terhadap proses
pembuatan dan kualitas suatu produk. Penilaian produk meliputi penilaian
kemampuan peserta didik membuat produk-produk teknologi dan seni, seperti:
makanan, pakaian, hasil karya seni (patung, lukisan, gambar), barang-barang
terbuat dari kayu, keramik, plastik, dan logam. Pengembangan produk meliputi 3
(tiga) tahap dan setiap tahap perlu diadakan penilaian yaitu:
- Tahap persiapan, meliputi: penilaian kemampuan peserta didik dan merencanakan, menggali, dan mengembangkan gagasan, dan mendesain produk.
- Tahap pembuatan produk (proses), meliputi: penilaian kemampuan peserta didik dalam menyeleksi dan menggunakan bahan, alat, dan teknik.
- Tahap penilaian produk (appraisal), meliputi: penilaian produk yang dihasilkan peserta didik sesuai kriteria yang ditetapkan.
b. Teknik Penilaian Produk
Penilaian produk biasanya menggunakan cara holistik
atau analitik.
- Cara holistik, yaitu berdasarkan kesan keseluruhan dari produk, biasanya dilakukan pada tahap appraisal.
- Cara analitik, yaitu berdasarkan aspek-aspek produk, biasanya dilakukan terhadap semua kriteria yang terdapat pada semua tahap proses pengembangan.
BAB III
PENUTUPAN
A. Simpulan
Model-model
pembelajaran merupakan kerangka konseptual sedangkan strategi lebih menekankan
pada penerapannya di kelas sehingga model-model pembelajaran dapat digunakan
sebagai acuan pada kegiatan perancangan kegiatan yang sistematik dalam
mengkomunikasikan isi pelajaran kepada siswa untuk siswa mengerti . Pendekatan
pembelajaran memiliki banyak sekali definisi namun masing-masing masih memiliki
hubungan. Dalam pendekatan pembelajaran filsafat ada 3 yaitu : idealism,
realiasme, pragmatisme, kontruktivisme, eksistensialisme, dan pendidikan
nasional pancasila. Pada model – model pembelajaran yang kita bahas ada 4 yaitu
: saintific, problem based learning, Discovery Learning, dan Pembelajaran
berbasis proyek .
B. Saran
Dalam penyusunan makalah ini,
penulis menyadari bahwa dalam pembahasan masih terdapat kekurangan baik dari
substansi materi maupun contoh dari setiap materi yang dibahas. Penulis menyarankan kepada guru maupun calon
guru untuk menerapkan model pembelajaran yang sesuai dengan materi yang akan
disampaikan, dan sesuai dengan kadaan siswa.
Dalam penulisan makalah ini juga
masih terdapat kekurangan lain, oleh karena itu saran dan kritik sangat penulis
butuhkan dalam memperbaiki makalah berikutnya. Semoga makalah ini bermanfaat
khususnya untuk penulis dan umumnya untuk pembaca.
DAFTAR PUSTAKA
Dadan. 2014. Pengertian Pendekatan. [online].
Tersedia :http://dadangjsn.blogspot.com/2014/06/pengertiandefinisi-pendekatan-saintifik.html
13.48. (20 April 2015)
Djaelani. 2014. Definisi model pembelajaran. [online]. Tersedia :
http://djaelanicilukba.blogspot.com/2014/01/definisi-model-pembelajaran-menurut.html
13.45.
(20 april 2015)
Eka. 2014. Model Pembelajaran. [online]. Tersedia :http://www.ekaikhsanudin.net/2014/12/pembelajaran-model-discovery-learning.html
13.53. (20 April 2015)
Tim Pengembangan
MKDP.2011. Kurikulum Pembelajaran. Bandung : Rajawali Pers
Purtadi. 2013. Perbedaan problem base learning dan projek.
[online]. Tersedia : http://purtadi.blogspot.com/2013/05/perbedaan-problem-based-learning-dan.html
15.55. (20 april 2015)
This post have 0 komentar